17.20
0
“Sampai ketemu tujuh bulan lagi ya di EPSO, Ka....”, ucap seorang pria pada teman wanitanya kala itu menutup perpisahan dari pertemuan singkat mereka di Jakarta.

                                                            ****

     Ciit ciit ciiit ...
Suara gesekan antara sepatu futsal dan lantai futsal mewarnai riuhnya pertandingan siang itu. Di tengah teriakan antar pemain dan official, serta ributnya penonton di siang yang terik itu.

“Woy oper woy! Ngapain sih dibawa sendiri ih itu padahal temennya kosong, ih bodo banget.. ah tu kan kebobolan .... “ teriakku di tengah bangku penonton. Oke sepertinya teriakan itu cukup keras dan memancing pandangan dari temanku yang lain, ya mereka kompak menoleh ke arahku seketika. 

“Sssst berisik lo Ka, diem aja tonton dulu. Lagian itu kan kampus yang nanti kalo lolos bakal jadi musuh kita, knapa lo dukung sih?,” Muti membalas teriakanku tepat di depan telingaku kala itu. Ah sial, aku nggak budhek kali nggak udah keras keras bisa kali, teriakku kencang yaa tapi hanya dalam hati. 

“Bukan gitu, gemes aja liatnya. Padahal yang nomor sembilan itu bisa aja ngegolin kalo dapet bola,” balasku.

                                                            *****

“Kamu ngeliatin siapa sih Ka, sampe segitunya,” tanya Vita yang juga masih teman satu tim Rika. Ya, kami adalah satu tim futsal putri dari Universitas terkemuka di kota Semarang. Bersama dengan rombongan atlet futsal dari fakultas, kami mengikuti turnamen futsal tingkat nasional di Jakarta.

Suasana Jakarta yang panas dengan debu dari ratusan kendaraan yang melintas di jam pulang kantor hari itu. Di dalam bus yang mengantar rombongan atlet kembali ke penginapannya, universitas kami ternyata harus satu bus dengan universitas yang kuteriaki dari pinggir lapangan tadi.

“Liat deh Vit, dia yang tadi nomor sembilan itu, kalo diliat dari deket, dia mirip mantanku yang drumer, otot kakinya sama, wajahnya hampir mirip, cuman beda tinggi aja,” bisikku pada Vita, gadis tinggi dengan badan tegap berisi, dialah salah satu ujung tombak tim futsalku, sementara aku hanya bisa menjaga barisan belakang tim kami supaya tak tersentuh musuh.

“Yaaalah Ka, mana aku tau mantanmu yang itu, yang aku tau kan cuman si Rio.”

“Oh ya hahaha pokoknya mirip laah, tapi mendingan si nomor sembilan sih hahaa”

                                                                     ***

0 komentar:

Posting Komentar