00.13
0
Percakapan absurd, ya memang itulah yang mengawali pembicaraanku dan Nando sepanjang perjalanan dari penginapan hingga gor tempat kami bertanding nanti. Lagi-Lagi kebetulan yang menarik bukan? Mendapat jadwal satu bus, sebelahan, dan berkat lagu AKB48 kami mengobrol sepanjang jalan, dan saling berjanji untuk mendukung satu sama lain di pertandingan hari itu. Rasanya? Sebenarnya biasa aja, ya karna memang aku selama tiga hari hanya mengamati dan ya memang biasa aja, tidak ada yang benar benar spesial.

                                                ****

Seminggu berlalu begitu saja di Jakarta. Pertandingan kami? Ah sayang sekali tim futsal perempuan kami harus berakhir di semifinal. Kalah dengan selisih satu gol dan harus ditentukan hingga babak pinalti, kekalahan yang menyakitkan bagi setiap tim futsal. Sementara tim futsal putra kami juga harus berhenti di semifinal. Kebetulan lagi? Tapi tim futsal putra masih memiliki kesempatan untuk merebut peringkat tiga. Semoga ya tidak pulang dengan tangan hampa.

Nando? Hmmm cerita tak selalu sejalan bak Korean Drama, atau cerita indah ala FTV kok. Ya, aku dan Nando setelah percakapan absurd di bus waktu itu tak pernah lagi mendapat apa itu kebetulan. Kami tak lagi satu bus. Bertemu di pinggir lapangan juga jarang. Di minimart yang ada di luar gorpun kini jarang, toh jika kita bertemu hanya saling melempar senyum. Tidak ada lagi percakapan panjang, absurd, dan penuh tawa. Ya seperti itulah. Hanya jepretan kameraku yang sempat mengabadikan momennya bermain di lapangan. Meski bukan fotografer handal, tapi jepretan kameraku selama turnamen ini cukup membantu mengabadikan momen indah di lapangan maupun di luar lapangan, hehe.
                                      *****

Sepuluh hari di Jakarta selesai, saatnya kembali ke kehidupan normal sebagai mahasiswa. Haha sebetulnya masih ingin bermain dan liburan, tapi sepertinya aku mulai rindu dengan setiap sudut kampus kesayanganku.

Selesainya malam penutupan turnamen, kami segera bergegas menuju stasiun. Stasiun Senen malam hari itu masih sangat ramai.

“Eh mbak, liat itu temen temennya masnya yang sering kamu liatin bukan sih? Yang kamarnya sebelah kamar kita?” tanya Mia, salah satu pemain kami membuyarkan lamunanku.

“Ah mana mana, ada Nando nggak?”

“Rikaaaa, katamu biasa aja sama si Nando itu, gmana sih?” goda kapten timku. Hmmm satu tim jadi tau gara-gara aku sempat kalah dari permainan UNO setelah insiden percakapan absurd di bus itu.

“Ah ya capt, biasa aja koook hahhahaa”

“Eh ayo baris kita masuk kereta, tuh keretanya udah dateng,” teriak Dwi, ketua rombongan kami, seketika candaan kami berhenti. Suasana kembali sepi karna sudah cukup malam dan kami semua kelelahan, belum lagi koper dan peralatan turnamen yang kami bawa. Piala? Ah kami gagal membawa pulang piala perebutan juara ketiga. Kali ini menjadi kebetulan yang menyakitkan karena dua tim kami harus tersingkir di semifinal.  

Satu persatu kami masuk ke gerbong kereta seperti yang tertulis di tiket, sayangnya kami saling bertukar tempat duduk. Hehe biasa mencari siapa yang nyaman, meskipun perjalanan pulang kali ini pasti hanya diisi dengan tidur. Aku duduk diantara Vita dan Mia malam ini, tentu saja karena selain kedekatan kami bertiga, kami sudah saling cocok untuk tidur bersebelahan.

Kereta belum mulai jalan tapi Mia sudah mulai terlelap di pundakku, padahal teman-teman yang lain masih sibuk bercanda, sepertinya Mia sama sekali tak terganggu dengan suara-suara berisik dari yang lain. Hmmm apa memang dia bisa tidur semudah itu yaa hahaha pikirku dalam hati.

Tiktiktiktik.......

Sepertinya suaraku memainkan layar sentuh smartphoneku cukup memancing rasa penasaran Vita.

“Ngapain Ka? Sibuk banget buka hp dari tadi tumben hahaha”

“Gapapa, lagi kepo nih hahaha penasaran sama username yang dikasih Dina, bener apa nggak”

“hah? Punya siapa emang? Nando pasti? Hahaha ketauan banget sih kamu. Udah kepo sampe taun berapa? Hahahahahaha”. Errr oke tau banget emang si Vita ini. Yaa emang sih aku masih sibuk ngeliat profil sama twit-twitnya si Nando. Belajar dari si Dina lebih tepatnya buat ngekepoin akun orang.

          Cieee selamat yaaa dapet juara 1 mas hihiii omedetooo @NandoFachrezal

“Gila gercep banget kamu Ka,” komentar Vita yang ternyata sedari tadi asik memperhatikanku, dan kenapa aku tidak menyadarinya. Hufft apakah aku seasik itu sampai tidak sadar akan tatapan aneh Vita? Ah sudahlah sudah terlanjur...

Tring .... eh cepet banget balasannya, gumamku dalam hati. Tunggu, aku belum tau ini tanda notifications twitter dari siapa ahahhaa.

          Ah iya makasih ya mbak @rikarikaka9_ ,salam buat temen-temennya. Sampai ketemu lagi nanti...

          @NandoFachrezal followed you

Ah tunggu, apa aku mimpi? Ah tidak, rasanya ingin teriak, yaa yaa aaaaakhhh.... Tenang saja aku hanya teriak dalam pikiranku, tak mungkinlah aku teriak di dalam kereta ini, belum lagi Mia yang sedarit adi masih asik tidur sambil bersandar di pundakku.

          @NandoFachrezal sama sama mas, eh emang kamu tau aku mas? Hahaha eh btw thanks yaa malah kamu ngefollow duluan ih hihihi

          @rikarikaka9_ ahahaha mbaknya yang hebring di bus kemaren kan, yang tau aja aku keputer lagunya AKB48 hahaha

          @NandoFachrezal hahaha hebring apanya sih mas aku pendiem gitu loh hahaha


“Duh duh duh yang asik mensyenan di twitter, lupa kalo temen sebelahnya belum tidur. Duh dingin banget ini ACnya duh hahahaha,” canda Vita sambil mencoba melihat lebih dalam isi percakapanku dengan Nando via twitter. Oke bro, you got me this time hahaha. Oke ketauan sudah dan pasti si Dina di Semarang juga udah tau. 

Triiing. Tuh kan baru juga dipikirin, udah maen BBM aja nih si Dina, dan voilaa tepat sekali dia tanya berbagai macam hal tentang aku dan Nando. Berarti aku harus menjelaskan pada Vita dan Dina dengan dua cara yang berbeda, dan aku juga masih asik saling bercakap ria melalui twitter. Mungkin malam ini aku tidak tidur di kereta, atau justru aku tidur nyenyak dan mimpi indah.

                             **********


0 komentar:

Posting Komentar