Percakapan absurd, ya memang itulah yang mengawali
pembicaraanku dan Nando sepanjang perjalanan dari penginapan hingga gor tempat
kami bertanding nanti. Lagi-Lagi kebetulan yang menarik bukan? Mendapat jadwal
satu bus, sebelahan, dan berkat lagu AKB48 kami mengobrol sepanjang jalan, dan
saling berjanji untuk mendukung satu sama lain di pertandingan hari itu.
Rasanya? Sebenarnya biasa aja, ya karna memang aku selama tiga hari hanya
mengamati dan ya memang biasa aja, tidak ada yang benar benar spesial.
****
Seminggu berlalu begitu saja di Jakarta. Pertandingan kami? Ah
sayang sekali tim futsal perempuan kami harus berakhir di semifinal. Kalah
dengan selisih satu gol dan harus ditentukan hingga babak pinalti, kekalahan
yang menyakitkan bagi setiap tim futsal. Sementara tim futsal putra kami juga
harus berhenti di semifinal. Kebetulan lagi? Tapi tim futsal putra masih
memiliki kesempatan untuk merebut peringkat tiga. Semoga ya tidak pulang dengan
tangan hampa.
Nando? Hmmm cerita tak selalu sejalan bak Korean Drama, atau
cerita indah ala FTV kok. Ya, aku dan Nando setelah percakapan absurd di bus
waktu itu tak pernah lagi mendapat apa itu kebetulan. Kami tak lagi satu bus. Bertemu
di pinggir lapangan juga jarang. Di minimart
yang ada di luar gorpun kini jarang, toh jika kita bertemu hanya saling
melempar senyum. Tidak ada lagi percakapan panjang, absurd, dan penuh tawa. Ya seperti
itulah. Hanya jepretan kameraku yang sempat mengabadikan momennya bermain di
lapangan. Meski bukan fotografer handal, tapi jepretan kameraku selama turnamen
ini cukup membantu mengabadikan momen indah di lapangan maupun di luar
lapangan, hehe.
*****
Sepuluh hari di Jakarta selesai, saatnya kembali ke kehidupan
normal sebagai mahasiswa. Haha sebetulnya masih ingin bermain dan liburan, tapi
sepertinya aku mulai rindu dengan setiap sudut kampus kesayanganku.
Selesainya malam penutupan turnamen, kami segera bergegas
menuju stasiun. Stasiun Senen malam hari itu masih sangat ramai.
“Eh mbak, liat itu temen temennya masnya yang sering kamu
liatin bukan sih? Yang kamarnya sebelah kamar kita?” tanya Mia, salah satu
pemain kami membuyarkan lamunanku.
“Ah mana mana, ada Nando nggak?”
“Rikaaaa, katamu biasa aja sama si Nando itu, gmana sih?” goda
kapten timku. Hmmm satu tim jadi tau gara-gara aku sempat kalah dari permainan
UNO setelah insiden percakapan absurd di bus itu.
“Ah ya capt, biasa aja koook hahhahaa”
“Eh ayo baris kita masuk kereta, tuh keretanya udah dateng,”
teriak Dwi, ketua rombongan kami, seketika candaan kami berhenti. Suasana kembali
sepi karna sudah cukup malam dan kami semua kelelahan, belum lagi koper dan
peralatan turnamen yang kami bawa. Piala? Ah kami gagal membawa pulang piala
perebutan juara ketiga. Kali ini menjadi kebetulan yang menyakitkan karena dua
tim kami harus tersingkir di semifinal.
Satu persatu kami masuk ke gerbong kereta seperti yang
tertulis di tiket, sayangnya kami saling bertukar tempat duduk. Hehe biasa
mencari siapa yang nyaman, meskipun perjalanan pulang kali ini pasti hanya
diisi dengan tidur. Aku duduk diantara Vita dan Mia malam ini, tentu saja
karena selain kedekatan kami bertiga, kami sudah saling cocok untuk tidur
bersebelahan.
Kereta belum mulai jalan tapi Mia sudah mulai terlelap di
pundakku, padahal teman-teman yang lain masih sibuk bercanda, sepertinya Mia
sama sekali tak terganggu dengan suara-suara berisik dari yang lain. Hmmm apa
memang dia bisa tidur semudah itu yaa hahaha pikirku dalam hati.
Tiktiktiktik.......
Sepertinya suaraku memainkan layar sentuh smartphoneku cukup memancing rasa penasaran Vita.
“Ngapain Ka? Sibuk banget buka hp dari tadi tumben hahaha”
“Gapapa, lagi kepo nih hahaha penasaran sama username yang
dikasih Dina, bener apa nggak”
“hah? Punya siapa emang? Nando pasti? Hahaha ketauan banget
sih kamu. Udah kepo sampe taun berapa? Hahahahahaha”. Errr oke tau banget emang
si Vita ini. Yaa emang sih aku masih sibuk ngeliat profil sama twit-twitnya si
Nando. Belajar dari si Dina lebih tepatnya buat ngekepoin akun orang.
Cieee selamat yaaa dapet
juara 1 mas hihiii omedetooo @NandoFachrezal
“Gila gercep banget kamu Ka,” komentar Vita yang ternyata
sedari tadi asik memperhatikanku, dan kenapa aku tidak menyadarinya. Hufft
apakah aku seasik itu sampai tidak sadar akan tatapan aneh Vita? Ah sudahlah
sudah terlanjur...
Tring .... eh cepet
banget balasannya, gumamku dalam hati. Tunggu, aku belum tau ini tanda notifications twitter dari siapa
ahahhaa.
Ah iya makasih ya mbak
@rikarikaka9_ ,salam buat temen-temennya. Sampai ketemu lagi nanti...
@NandoFachrezal followed
you
Ah tunggu, apa aku mimpi? Ah tidak, rasanya ingin teriak, yaa
yaa aaaaakhhh.... Tenang saja aku hanya teriak dalam pikiranku, tak mungkinlah
aku teriak di dalam kereta ini, belum lagi Mia yang sedarit adi masih asik
tidur sambil bersandar di pundakku.
@NandoFachrezal sama sama
mas, eh emang kamu tau aku mas? Hahaha eh btw thanks yaa malah kamu ngefollow
duluan ih hihihi
@rikarikaka9_ ahahaha
mbaknya yang hebring di bus kemaren kan, yang tau aja aku keputer lagunya AKB48
hahaha
@NandoFachrezal hahaha
hebring apanya sih mas aku pendiem gitu loh hahaha
“Duh duh duh yang asik mensyenan di twitter, lupa kalo temen
sebelahnya belum tidur. Duh dingin banget ini ACnya duh hahahaha,” canda Vita
sambil mencoba melihat lebih dalam isi percakapanku dengan Nando via twitter.
Oke bro, you got me this time hahaha.
Oke ketauan sudah dan pasti si Dina di Semarang juga udah tau.
Triiing. Tuh kan baru juga dipikirin,
udah maen BBM aja nih si Dina, dan voilaa tepat sekali dia tanya berbagai macam
hal tentang aku dan Nando. Berarti aku harus menjelaskan pada Vita dan Dina
dengan dua cara yang berbeda, dan aku juga masih asik saling bercakap ria
melalui twitter. Mungkin malam ini
aku tidak tidur di kereta, atau justru aku tidur nyenyak dan mimpi indah.
**********
0 komentar:
Posting Komentar