Aku Menyukai Jin!
by : Kirie Hazuki
Genre : romance, drama, friendship, boyslove
Rating : PG-20
Starting : Mr Prince (Jinguji Yuta, Iwahashi Genki, Kishi Yuta)
NB* maaf ceritanya aneh dan gaje hehehe
--------------------------------
“Aku menyukaimu, Jin.............”
Hampir dua minggu berlalu sejak kejadian di tepi sungai itu, namun kata-kata itu masih saja berputar di otak Jinguji Yuta setiap kali dia mencoba memejamkan mata. Aneh memang baginya, sahabatnya dari kecil tiba tiba menyatakan cinta padanya.
*********
“Ohayooo......Jinguji aku pinjam Prmu doong kelupaan hehehe” Sapaan pagi dari Kishi Yuta, teman sekelas Jinguji Yuta di kelas 2-3. Bukan hanya sekelas, mereka satu tim sepak bola di sekolah. Kemampuan menjaga gawang Kishi tak perlu diragukan lagi, pun kemampuan mengecoh lawan ala Jinguji yang sudah terkenal satu perfektur.
“Pasti kau semalam pergi sama pacarmu lagi kan, siapa Namanya? Hazuki?” timpal Jin sambil melepas earphone dan mengambil buku catatan Prnya.
“Ohayou ...” suara seorang masuk kelas sambil masih mengucek mata dengan tangannya. Iwahashi Genki. Yaa dialah yang membuat Jin tak bisa tidur tiap malam selama ini. Tapi untungnya ia dan Jin sama-sama tak pernah membahas masalah itu lagi, apalagi di depan Kishi.
“Yo!” jawab Jin sambil menjoba menahan suara dari jantungnya agar tidak menjadi keras. Genki duduk di dekat jendela, persis di depan tempat duduk Jin. Seolah kejadian seminggu lalu itu hanya mimpi Jin, Genki-pun sampai saat ini masih bersikap biasa saja saat bersama Jin.
Mungkin memang menyesakkan ketika sahabatmu dari kecil menyatakan cinta, tidak ada yang salah, hanya saja Jin dan Genki sama sama lelaki. Tumbuh bersama sejak kecil, bermain bersama, masuk sekolah yang sama sampai SMA itulah Jin dan Genki. Siapa sangka ternyata Genki memendam rasa ke Jin.
Andai saja, andai saya seorang Iwahashi Genki adalah perempuan, sudah pasti Jin akan mudah jatuh hati padanya. Badan putih, tidak terlalu tinggi, bibir tebal kemerahan, dan tatapan mata yang membuat orang lain luluh. Tapi Genki adalah lelaki, sama sepertinya dan Kishi, dan bahkan Genki tau jika Jin pernah berpacaran dengan beberapa gadis cantik dari sekolah lain.
*******
Seminggu yang lalu,
“Jin, maukah kau menemaniku makan parfait di cafe biasanya? Hari ini panas dan aku ingin sekali makan parfait dengan campuran yougurt. Yayayaya”
“Oke, tapi kau harus menemaniku ke toko buku dahulu. Manga Conan terbaru sudah muncul, jadi aku harus membelinya, bagaimana Genchan?”
“kyaaaa baiklah! Kalau begitu akan ku traktir kau jus jeruk hahahaha”
Sepulang sekolah Genki dan Jinguji pergi ke toko buku demi manga Conan yang selalu jadi favorit Jin. Dilanjut ke cafe favorit Genki untuk makan parfait favoritnya. Genki selalu tampak lucu dan manis ketika makan makanan manis, sementara Jin yang tidak terlalu suka makanan manis selalu berakhir dengan jus jeruk atau es kopi.
Cuaca cerah dan cukup terik sore itu membuat keduanya betah di dalam cafe dengan aroma vanila dan pendingin ruangan yang sejuk. Selalu ada bahasan ketika keduanya pergi bersama, meski sudah 17 tahun Jin dan Genki bersama hampir setiap hari.
“aaaah ayo kita pulang saja Jin, jika terlalu lama di sini mungkin aku bisa menghabiskan semua menu parfait yang ada di sini”. Perkataan Genki yang mengajak pulang Jin mungkin tepat, manakala waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Genki dan Jin pulang berjalan bersama, rumah mereka berhadapan.
Sesampainya di tepi sungai, Genki terhendi sejenak, meninggalkan Jin yang masih berjalan di depannya. Penasaran apa yang terjadi Jin berhenti dan berbalik arah menghampiri Genki.
“Aku menyukaimu, Jin.......” kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Genki, entah sudah ditahannya berapa lama dan bahkan Jin tak tahu sama sekali akan perkataan yang baru saja keluar dari mulut sahabatnya itu.
“tentu saja! Aku juga menyukaimu Genki,” jawab Jin sambil memainkan poni Genki. Jin suka sekali melakukannya sejak kecil. Rambut halus Genki rupanya tak berubah sejak mereka pertama kali bertemu, hanya potongan rambutnya yang selalu ebrubah.
“Bukan Jin, bukan suka karna kita selalu bersama sejak kecil, tapi....aku benar benar menyukaimu”. Kata dari bibir manis Genki membuat Jin tambah bingung. Jin sama sekali tak paham maksud Genki menyukainya, bukankah mereka sudah selalu bersama sehingga wajar bila saling menyukai?
“sudah lupakan, ayo kita pulang aku sudah lapar lagi hahaha ...” timpal Genki sambil menggandeng tangan Jin untuk segera pulang.
Perasaan macam apa ini yang Jin sendiripun bingung. Suka? Sudahlah toh Genki juga memintanya melupakan pernyataannya tadi. Genki masih saja berjalan sambil menggandeng tangan Jin, sementara Jin masih berjalan dalam diam, mencoba menelaah apa yang barusan terjadi. Awkward, dingin, begitulah suasana perjalanan pulang mereka sampai di depan rumah.
“Baiklah aku masuk dulu, jangan lupa mandi dan makan yaaa. Sampaikan salamku pada Okaasan dan Otoosan, mungkin lain kali aku akan mampir hehehe” Genki berpamitan dan membuyarkan lamunan Jin. Jin hanya bisa tersenyum sambil melambaikan tangan pada sosok Genki yang mulai masuk ke rumahnya. Tampak punggung Genki yang membelakangi Jin, cantik, pikir Jin.
*********
“Jin, Okaasan bilang sore ini kau harus mampir ke rumah, dia membuat makanan kesukaanmu” Genki berkata sambil membalikkan badannya menghadap Jin, namun sepertinya Jin sedang melamun sambil menyangga dagunya dengan satu tangannya.
“Jinguji Yutaa......” Genki sedikit menaikkan suaranya sambil mencubit pipi Jin. Kishi yang masih sibuk menyalin PR-pun terhenti dan tertawa melihat kelakuan dua temannya itu.
“ah iya Genki, kau bilang apa barusan?”
“Kaasan memintamu datang ke rumah. Errrr kau sedang melamun apa sih? Pasti sedang memikirkan gadis baru lagi kan?”
“apa maksudmu gadis baru Genki hahahaha baik lah baiklah, nanti sepulang sekolah kita ke rumahmu, oke tampan.” Respon Jin sambil memainkan rambut Genki, bagian favoritnya.
“Hei, jangan rusak rambutku, ini masih pagi. Kau tidak tau betapa susahnya aku menatanya tadi pagi” Genki mencoba melawan tangan Jin, namun Jin masih asik memainkan rambut Genki
“Yattaaa~~~ selesai juga aku menyalin Prnya. Apa yang kalian sedang bicarakan? Bolehkan aku ikut bergabung?” Kishi mencoba ikut dalam percakapan setelah menyelesaikan menyalin PR Jin
“Tidak boleh hahahhaa” Genki dan Jin kompak menjawab bersama
*********
Bel sekolah berbunyi, waktu yang sudah ditunggu kelas 2-3 hari itu. Pasalnya pelajaran sejarah di jam terakhir cukup membosankan, bahkan tak sedikit anak yang mencoba tidur di kelas, termasuk Kishi.
“Hoaaaaam akhirnya selesai juga. Yosh aku akan ke ruang klub sepertinya tanganku mulai gatal ingin menangkap bola yang menuju ke arahku. Kau ikut kan Jin?”
“aaa gomen gomeen, hari ini aku tidak bisa ke klub aku ada janji ...”
Pasti dengan perempuan lain lagi? Kapan kau akan memberikan aku satu dari banyaknya stok perempuanmu itu Jin? Timpal Kishi sebelum Jin menyelesaikan kata-katanya tadi
“ku yang akan menjadi wanita terakhir untuk Jin hahahaha” Genki menjawab pertanyaan Kishi sambil menggandeng Jin keluar dari kelas
“hahaha byee Kishi, salam buat teman teman klub.. gomeen >.<” Jin yang mencoba melawan nyatanya kalah dengan tarikan dari Genki.
Kishi masih diam mencoba menahan tawa dari perbuatan kedua temannya itu. Memang hal itu biasa terjadi antara Jin dan Genki sehingga Kishi menganggapnya hal normal.
“Apa tak apa kau mengatakan hal seperti itu pada Kishi?” tanya Jin pada Genki sambil mereka berjalan pulang. Gandengan tangan memang sudah dilepas Genki sejak mereka keluar kelas tadi. Kini mereka jalan bersebelahan seperti biasanya.
“daijobu! Kishi kan sudah hapal dengan kelakuan kita, jadi kau tenang saja, dia tak akan menganggap aneh apa yang kita lakukan hehe” Jawab Genki sambil mencoba membuat pose imut dan mengedipkan sebelah matanya.
Anak ini memang benar benar lucu, pikir Jin.
“Tadaimaa...”
“okaeri, ah Jin-kun okaeri, ayo masuk kau istirahat dulu di kamar Genki, masakannya sebentar lagi matang.” Sambut ibu Genki, masih muda, cantik.
“Hoaaah kamar Genki selalu rapi dan harus.. haaa kasur Genki.. aku merindukanmuuu ... “Jin langsung berlari dan berbaring di kasur Genki. Wangi orange, bersih, rapi, benar-benar karakter seorang Iwahashi Genki tercermin dari kamarnya. Masih terpajang jelas di kamr itu foto Jin dan Genki saat mereka kecil, foto yang sangat lucu karena Jin menangis dan Genki mencoba menenangkannya.
“Jin!!! Lepas dulu kaos kakimu! Cuci kaki dulu sebelum kau naik kasurku errrr” Genki sambil mencoba menarik kaki Jin.
Bruuuuk ...
Genki jatuh dan Jin jatuh tepat di atas badan genki. Beberapa detik berlalu namun keduanya tak tau harus bagaimana.
“Jiiin beraaaaaaaaaaaaaaat!!!!” Genki yang wajahnya memerah mendorong tubuh Jin hingga jatuh disebelahnya, kini mereka dalam posisi sebelahan.
“ano, Genki yang waktu itu kau katakan...”
“aku sudah lupa” genki buru-buru memotong sebelum Jin bicara lebih jauh
“tunggu, kau sudah lupa? Apa kau pikir aku bisa lupa semudah itu heeeh? Cepat jelaskan padaku” Jin mencoba mendapat jawaban sambil tiba-tiba menaruh wajahnya tepat di atas wajah Genki. Genkipun memerah seketika, Jin yang tak pedulu terus menatap wajah manis Genki dari posisinya saat ini.
“Aku menyukaimu Jin, tapi aku tau kita tak boleh melakukannya. Kita sama sama lelaki, kita sudah bersahabat sangat lama, dan aku tak mau merusak persahabatan ini.....”
“lalu?” potong Jin sambil mengambil posisi duduk.
“aku tak mau memaksakan perasaanku padamu. Mungkin kita sudah terlalu bersama sampai aku benar benar menyukaimu, gomenn. Bisa kau lupakan pembahasan hal ini?” ucap genki sambil duduk bersandar membelakangi punggung Jin.
Tiba tiba saja tangan Jin memeluk genki dengan erat dari belakang. Keduanya saling diam, waktu juga terasa berhenti sesaat.
“baka, kau sudah kuanggap lebih dari apapun, kau tau semua tentangku dan aku tau semua kelemahanmu, bagaimana mungkin aku melupakan hal ini semudah itu.”
“Jin....”
“ssssssst... aku hanya ingin memelukmu saat ini diamlah atau aku bisa melakukan hal yang tak kau inginkan.” Tutup Jin sambil masih terus memeluk Genki erat. Bagi Genki, Jin tak sekedar sahabatnya dari kecil, lebih, itulah yang ia rasakan. Perasaannya makin berkecamuk setelah perkataan dan yang dilakukan Jin padanya.
Jin masih mengganggap Genki sahabat spesialnya sejak kecil. Tapi ia tak tahu apa yang ia rasakan pada Genki. Tentu saja dia masih menyukai gadis gadis cantik, tapi Genki juga terlihat cantik baginya. Jika saja Genki perempuan mungkin ia bisa merasakan hal yang sama dengannya. Saat ini memeluk erat Genki cukup membuatnya tenang untuk sementara, meski ia tak tahu apa yang harus dilakukaanya selanjutnya.
*******
(Tamat)
0 komentar:
Posting Komentar