NYANYIAN HUJAN
by: Kirie Hazuki
starting : Iwahashi Genki, Jinguji Yuta (Johnnys jr-Mr Prince)
Romance NC 17+ *
KonKon....Setelah sekian lama akhirnya saya nulis lagi jeng jeng jeng... tapi seperti biasa tulisan dan ceritanya entah banget. terimakasih yang mau baca... btw ini lanjutan (nggak lanjutan juga sih sebenernya), emm sequel, ah apa ajalah hahaha sama ini --> Aku Menyukai Jin! jadi selamat membaca dan saya tunggu komentar dan caciannya. Ariyasu >///<
*********
Punggungnya yang begitu bidang, tangannya yang hanya
nampak kasar, kakinya yang berotot, rambutnya yang selalu tampak rapi dengan
warna kecolkatan terkena pantulan cahaya matahari, bibirnya yang cukup tipis
dan tidak terlalu besar...
“Selanjutnya coba
bacakan isi halaman 58, Iwahashi kun”, “Iwahashi kun?” Sensei kembali
mengulangi panggilannya, tapi sayang siempunya nama masih terjebak dalam
lamunan semunya.
“Oiii oiii dipanggil tuh”,
Jinguji Yuta yang duduk dibelakangnya menendang pelan bangku Iwahashi Genki.
“Ih berisik!!!” tanpa
sadar Genki justru menaikkan nadanya dan membalikkan badan ke arah Jinguji,
sontak seisi keras kaget dan tertawa
“Iwahashi Genki, bila
memang sedang tidak enak badan sebaiknya beristirahat di UKS saja” sensei
melihat wajah Genki yang memerah, tau betul sebenarnya bukan karena sakit.
“Ano, sensei biar saya
antarkan Genki ke UKS”, jinguji berdiri meminta izin dan seketika menarik
lengan Genki ke UKS yang berada di lantai 2 gedung sekolah mereka. Keduanya saling diam sepanjang jalan, pikiran
Genki masih berputar putar tak jelas membayangkan tubuh pria yang menariknya
ini. Memang mereka sudah begitu lama bersama dan saling kenal, tapi tetap saja
pikiran itu terus mengusik otak Genki.
“Permisi...”Jinguji
membuka pintu UKS sambil masih menggandeng tangan temannya sedari kecil itu,
dokter sekolah menyapa mereka dengan hangat. Tentu saja dokter tau kalau Genki
tidak benar benar sakit, suhu tubuh dan hasil pemeriksaannya benar-benar
normal. Genki diijinkan beristirahat sejenak, hanya sampai bel tanda jam
pergantian pelajaran berbunyi.
“kuperhatikan kau seharian melamun? Sehat?”
Jin memulai percakapan, suasana keduanya masih dingin. Jinguji bahkan tak tau
ada apa dengan temannya ini. Genki tidak menjawab, hanya sedikit berguman
sambil tersenyum, membingungkan.
“ano, Jin kun... kau
sudah bikin PR sosiologi untuk hari senin?”
“kenapa tiba-tiba? Hahahhaa”
“aku benar benar
kesulitan hehehe”
“bilang saja kau butuh
bantuan bikin PR nya kan? Kapan skill sosiologimu meningkat? Jangan sejarah
Jepang saja yang kau pelajari, dasar” Jin tersenyum, Genki hanya bisa membalas
dengan senyuman.
“Baiklah, nanti aku
bantu kerjakan di rumahmu yaaa tapi ada syaratnya”
“apa apa?”
“aku akan bawa pulang
semua manga Inuyasha-mu seminggu kedepan, hahhaa”
“TIDAK
BOLEEEEEEEEEEEEEEH” Genki menolak sambil sedikit mendorong badan Jinguji. Ya,
komik Inuyasha adalah favorit Genki sejak awal kemunculannya. Pernah ia harus
beli beberapa kali karena manganya hilang dan ia berjanji di hadapan koleksinya
kalau tak akan pernah dipinjamkan pada siapapun, termasuk kekasihnya nanti.
“Baiklah kalau begitu
aku tidak akan membantumu. Byee aku ke kelas dulu”, Jinguji bagun dari
duduknya, tangannya ditarik Genki yang masih duduk. Senyum kecilnya mengembang,
berhasil, pikirnya.
“baiklah, pengecualian
untuk Jinkun. Tapi tiga hari saja yaaa... janji yaaa tidak sampai hilang...”Genki
merunduk pasrah merelakan koleksinya menginap di rumah Jin.
“haik..haik haiiiik....”Jin
yang masih berdiri mengacak kasar rambut Genki.
*********
“Okaasan tadaima....”
Genki masuk ke rumahnya, melepas sepatu, menyapa ibunya yang di rumah sendirian
karena ayahnya pasti belum pulang di jam itu.
“Okaeri. Jin kun!!! Sepertinya
kau nampak sehat. Lihat pipi-pipi ini hahaha” Ibu Genki yang memang juga akrab
dengan Jinguji tak segan segan mencubit pipi Jinguji yang sebenarnyapun masih
termasuk tirus.
“Yang benar tante
hahaha. Salahkan Genki yaa karena dia menyuruhku makan terus hahaha”
“ih mana ada, kau
sendiri kan memang doyan makan, dasar rakus. Okaasan kami ke kamar dulu yaaa..”,
Jin permisi sambil mengikuti Genki ke kamarnya. Enttah hanya perasaannya saja
atau Genki tampak lebih kurus dari sebelumnya. Padahal setiap hari ia juga
bersama Genki, tapi terasa aneh saat memandan Genki dari belakang seperti ini,
melihat badan kecil Genki.
“Huaaaa kamar Genki
lagi...”Jinguji menjatuhkan badannya langsung ke kasur Genki. Wangi aroma
orang, foto kenangan mereka saat kecil, semua ciri khas kamar Genki tak pernah
berubah sejak dulu.
“Berapa kali harus
kubilang bersihkan dulu kakimu sebelum naik kasurku heeeh?” Genki mencoba
memarahi Jinguji sambil membuka meja lipatnya, tapi si lawan bicaranya hanya
diam sambil memandang langit langit kamar Genki yang bertabur tempelan
berbentuk bintang yang menyala saat gelap.
Genki mulai membuka
buku, niatnya benar-benar untuk mengerjakan PR karena ia selalu bermasalah di
pelajaran sosiologi.
“Kenapa sih harus ada
pelajaran ini? Errrr aku lebih baik mengerjakan ratusan soal fisika dari pada
ini” Genki mengacak-acak rambutnya sendiri, menyandarkan badannya di tepian
tempat tidurnya, tepat disebelah badan Jinguji yang masih melamun memandang
langit langit kamar Genki.
Tangan halus yang menariknya kemanapun mereka jalan,
bibirnya, pipi tirusnya, rambut kecoklatannya, kakinya yang berotot
Lagi lagi bayangan itu
muncul di kepala Iwahashi Genki. Semakin dicoba bersihkan semakin jelas wajah
Jinguji Yuta muncul di otaknya. Genki hanya berharap wajahnya tak memerah dan
Jinguji tak membaca pikirannya
“oiii melamun lagi?”
Jinguji tiba tiba menampakkan wajahnya tepat di atas kepala Genki.
Duuuk
Genki yang akan bangun
justru menabrak kepala Genki, jidat mereka bertabrakan, keduanya tertawa.
Jinguji mengubah
posisinya, kali ini ia duduk tepat di sebelah Genki. Keduanya muali mengerjakan
PR sosiologi dengan serius. Setengah jam, hanya butuh 30 menit untuk Jinguji
membantu menyelesaikan PR itu tanpa ada masalah.
“Kau seharian terus
melamun, kenapa?” Jinguji tiba tiba bertanya, pertanyaan yang tak ingin dijawab
Genki dengan jujur. Mana mungkin ia bilang kalau ia memikirkan Jinguji? Sehentai
itukah dia?
“hahaha aku kan sudah
bilang tidak ada apa-apa jinkun”, Genki masih menghindar, ia coba berdiri
menjauhkan Jin membahas lebih jauh lagi. Terlambat, Jinguji menarik tangan
kurusnya, menarik hingga Genki jatuh kepelukan Jinguji.
“Kau mau coba bohong
lagi? Aku tak akan melepaskan pelukan ini”. Genki terdiam mendapati Jinguji
memeluknya tiba tiba. Desiran dalam tubuhnya meningkat, tak tau lagi apa yang
akan terjadi selanjutnya, bahkan ia tak mau memikirkan resiko terburuknya.
Refleks Genki mendorong
tubuh Jinguji, memaksanya melepas pelukan dadakannya.
“Gomenn aku tidak bisa
menahannya saat melihatmu hari ini begitu berbeda dari biasanya”, Jin menatap
dalam Genki, tak tu jawabannya benar atau salah ia tak lagi peduli.
“ano.. Jinkun..
bolehkan......”Genki tak bisa melanjutkan kata-katanya, terlalu frontal dan
menjijikkan mungkin kalau Jin mendengarnya. Jinguji kembali menarik badan
Genki, mendekapnya erat. Coba saja kalau bisa, bisiknya halus ke telinga kanan
Genki.
Tangan Genki mulai
dilingkarkan pada tubuh Jin, tangan kirinya mengusap rambut Jin, benar-benar
halus seperti yang dibayangkannya. Pelukannya mengencang, dinaikkannya pelukan
tangan Genki ke leher Jinguji. Gomennasai, bisik Genki kali ini.
Cuuuppp
Jinguji terdiam, kecupan
sepersekian detik itu membuat keduanya terdiam. Benar benar lembut, kecil, dan
manis, sesuai pikiran Genki selama ini.
“Segitu saja?” tantang
Jinguji ke Genki. Suara hujan cukup kecang diluar, tak dipedulikan keduanya.
Genki kembali memeluk tubuh Jinguji, kali ini dari belakang, ia terlalu malu
memperlihatkan wajahnya. Genki coba mencium pipi Jin, yang punya pipi hanya
diam sambil memberikan senyum lebar. Gemas, tangan genki membungkam mulit
sahabatnya itu sambil masih menciumi pipinya.
Tok tok tok ...
“Genki, okaasan masuk
yaa....”
Sontak kaget, keduanya
menjauhkan diri satu sama lain, Genki berdiri seolah sedang mencari buku sambil
mengiyakan suara ibunya
“ini okaasan bawakan
ichigo mochi kesukan Jinguji kun, dan oh yaa tadi ibumu menelpon ke sini,
katanya karna masih hujan kau boleh menginap di sini, berhubung besok hari
minggu jadi ibumu memperbolehkan kau menginap”
“aaaaaa tante emang
paling tau kesukaanku hihihii... baiklah aku akan menginap malam ini yaa..
terimakasih tante cantiiik...”Jinguji reflek memeluk ibu Genki, memang karena
kebiasaan bersama Jinguji dan Genki sejak kecil, ibu Genki sudah dianggap
Jinguji seperti ibunya sendiri, pun sebaliknya.
Genki bingung, kaget,
senang, dan lebih bingung dengan Jinguji yang akan menginap malam ini. Itu artinya
mereka berdua akan tidur bersama setelah terakhir kali Jinguji menginap saat
SMP yang artinya 3 tahun lalu? Lalu kenapa? Bukankah sudah sejak kecil
mereka
biasa bergantian menginap, pikir Genki.
“Ayo kita lanjutkan lagi
hehehe”panjing Jinguji sesaat setelah ibu Genki keluar kamar.
“Dasar Hentai!”, Genki
melempar Jinguji dengan bantal, barang aman yang dekat dengan jangkauannya
“hloh, siapa tadi yang
bilang ingin? Hahahha... sini .. sini Genki chan~~” goda Jinguji sambil
memunculkan pose genit. Benar benar keahlian seorang Jinguji Yuta.
“Jangan salahkan aku yaa
dasar orang mesum...” Genki berjalan pelan menuju Genki, kali ini tak tanggung
lagi, ia mendorong tubuh Jinguji sampai jatuh dilantai, mengimbangi Jinguji,
Genki mendekatkan kepalanya, menekuk tangannya agar tak terlalu jauh.
“mari kita lihat sejauh
mana keagresifan seorang Iwahashi Genki haha” Jinguji masih sempat menggoda
Genki. Genki memejamkan matanya, makin mendekatkan wajahnya ke wajah Jinguji,
memaksakan bibir keduanya bertemu, saling menempel cukup lama, Genki menggigit
perlahan bibir Jinguji, si pemilik bibir hanya diam, mengikuti alur yang dibuat
partnernya. Perlahan lidah keduanya bertemu, imajinasi Genki kembali mengingat
bayangannya, lebih indah ini, rasa yang ia pernah bayangkan tak senikmat ini.
Genki tiba tiba
melepaskan ciumannya, bersandar disamping tubuh Jinguji. Wajahnya benar-benar
memerah, bibir tebalnya lebih merah dari sebelumnya.
“segitu saja hahaha..
sini kau harus training dulu bersama Jinguji yuta” lagi lagi Jin menggoda
Genki, menariknya bangun, melemparkannya ke tempat tidur yang lebih empuk. Posisi
keduanya kini berbalik, Genki ada di bawah badan Jinguji, ia tahu betul
badannya mulai memanas. Sebenarnya ia tak mampu lagi menatap wajah Jin, tapi ia
ingin.
“Biarkan aku mengajarimu
...”Jinguji menempelakan pelan bibirnya ke bibir Genki, menggingitnya perlahan,
pelan, membasahinya perlahan agar tidak perih. Genki diam, menikmati pemberian
partnernya. Satu tangan Jinguji mengelus lembut rambut Genki, tangan satunya
mengelus halus wajah Genki, dari pipi, jidat berhenti di dagunya, mengarahkan
posisi wajah Genki agar lebih nyaman.
Suara Hujan makin deras,
angin bertiup menambah kengerian hujan, petir yang menyambar, cahayanya terpancar
masuk ke dalam kamar.
Tangan Jinguji
menghentikan eksplorasinya ke badan Genki, mulutnya masih belum siap berhenti
menjelajahi milik Genki, tapi kemudian berhenti.
“Gomenn.. kalau lebih
dari ini aku tak akan bisa lagi menahannya. Tidak untuk hari ini yaa...”
Jinguji mengusap halus rambut Genki, tatapan kecewa keluar dari mta Genki, tapi
Jinguji tau ia harus menahan hasratnya untuk kali ini. Jinguji menjatuhkan
badannya ke samping Genki.
Gokigen na chou ni natte kirameku kaze ni notte
Ima sugu kimi ni ai ni yukou
Yokei na koto nante wasureta hou ga mashi sa
Kore ijou shareteru jikan wa nai
Ima sugu kimi ni ai ni yukou
Yokei na koto nante wasureta hou ga mashi sa
Kore ijou shareteru jikan wa nai
Nani ga wow wow wow wow wow kono sora ni todoku no darou
Dakedo wow wow wow wow wow ashita no yotei mo wakaranai
Dakedo wow wow wow wow wow ashita no yotei mo wakaranai
Mugendai na yume no ato no nanimo nai yo no naka ja
Sou sa itoshii omoi mo makesou ni naru kedo
Stay shigachi na imeeji darake no tayorinai tsubasa demo
Kitto toberu sa on my love
Sou sa itoshii omoi mo makesou ni naru kedo
Stay shigachi na imeeji darake no tayorinai tsubasa demo
Kitto toberu sa on my love
Genki tersenyum sambil
memejamkan matanya mendengar Jinguji bernyanyi. Tiba tiba saja ia menyanyikan
lagu ini.
“ne..ne.. ne.. Jinkun,
kenapa kau tiba tiba menyanyikan lagu itu?”, Jinguji tidak menjawab, ia
menunjuk boneka Agumon dan Gabumon di atas rak buku milik Genki.
“hahaha kau ingat saat
aku ulang tahun ke-9 tiba tiba kau memberiku boneka Gabumon, kau benar benar
tau saat itu kalau aku suka Gabumon. Dan saat ulang tahunku, aku memberikanmu
Agumon, tapi kau menolaknya dan mengembalikan padaku. Saat itu kau bilang kalau
kau lebih suka dan ingin boneka Kamen Rider saja hahahaha” Genki tertawa
mengingat masa kecil mereka.
Suara hujan dan petir
masih saling bersautan. Keduanya tertawa lepas saling mengingat masa kecil
mereka.
*********
TAMAT yeeey >///<
0 komentar:
Posting Komentar