SENJA DAN FAJAR PART 2
By :
KirieHazuki
Chara :
Sho Hirano,
Nagase Ren, Takahashi Kaito (mr king),
Akira Minami (OC)
Ini adalah
ff labil dari fans labil Mr King, ff tribute to temen kantor saat kita lagi
liat senja bersama *cieeh*. Selamat menikmati. Semoga tak ada yang tersakiti….
*********
"Minami
chan, maukah kau menikah denganku?" Sho mendadak
"uhuuuk uhuuuuk" kaget, minami tersedak mi soba yang tengah asik
dimakannya
"ah gomeen gomeen... ini minum dulu .. ". Minami meneguk air putih yang diberikan Sho, dengan halus Sho meneuk punggung kekasihnya itu agar tidak lagi tersedak. Minami tersenyum lebar, meniyakan ajakan halus dari Sho. Setelah 2 tahun bersama, dua orang yang sama sama dipanggil sensei ini akhirnya memutuskan menuju kehidupan yang berbeda.
Senja berlalu begitu saja,
Sho dan Minami duduk dipinggir pantai sambil menikmati bir selepas makan soba
di warung kecil dipinggir pantai. langit orange, desiran ombak, burung yang
berterbangan, anak anak kecil berlarian dipinggir pantai sambil menggirin bola.
**********
Persiapan ujian masuk
universitas menyelimuti sekolah Minami. tambahan pelajaran secara privat yang
diberikan pada Takahashi kaoti juga masih berjalan biasa. Minami cukup bangga
pada murid didikannya itu karena perlahan nilainya semakin naik, padahal
sebelumnya Minami tau Kaito bukanlah termasuk murid yang pintar. motivasinya
masuk Hokaido University di jurusan psychology education sepertinya
memang membuat muridnya itu lebih bersemangat untuk jadi pintar.
"Sumimasen.. Akira
sensei..." seorang gadis berkuncir kuda dengan poni yang sangat manis
masuk ruang guru dan menuju meja Minami. Yoshida Chika, muridnya juga, salah
satu siswa pintar yang selalu masuk rangking 10 besar paralel.
"Iya Yoshida san, ada
yang bisa sensei bantu?", Akira merapikan pekerjaannya, takut ketahuan
soal latihan yang akan diberikannya esok hari.
"Ano, sensei, bolehkan
aku ikut pelajaran tambahan yang sensei berikan pada Kaito kun?" malu-malu
Yoshida menundukkan kepalanya sambil tangannya menggenggam erat rok yang
dipakainya.
"tentu saja, kenapa
tidak?" Minami tersenyum lebar pada anak muridnya itu, "datanglah ke
rumah sensei, Kaito selalu belajar di rumah sensei setiap hari sepulang sekolah.
kau bisa bergabung kapanpun kau siap. "
.
"Hmmm jadi sensei,
kenapa sensei dulu menjadi guru?"tanya kaito sambil memutar mutar
punsilnya di tengah pelajaran tambahan privatnya dengan Minami
"Karna
aku suka kota ini, aku suka suasana pantai, dan aku suka kehidupan SMA
hahaha..."
"bohong kan sensei?
sensei kan sangat pintar, aku dengar sensei dapat tawaran menjadi dosen di
universitas sensei dulu, kenapa lebih memilih di sini? aku aja mau pergi ke
Hokaido..." Kaito masih asik memainkan pensilnya,
"Sudahlaaah.. ayo ktia
lanjutkan pelajaran bahasa Inggrisnya. hmmm mana yaaaa.... ah ini, coba kamu
baca dan jelaskan maksudnya pada sensei." Minami tak mau membahas
pertanyaan Kaito, ia mengalihkan dengan mencari soal untuk dibahas bersama
sreeet... pintu kamar
terbuka, ibunya masuk, memberi tahu kalau ada gadis manis yang mencarinya.
Segera Minami menjemput gadis itu di pintu depan, membawanya masuk ke kamarnya
untuk belajar bersama.
"Ah, Chika?"
Kaito kaget Minami membawa masuk Chika, antara kaget, bingung dan sedikit kesal
Kaito cepat-cepat membereskan bukunya dan berpamitan. Minami bingung, mungkin
salah juga dia lupa memberitahukan Kaito kalau Yoshida Chika akan bergabung
bersama mereka.
"Sudah kuduga.."
Chika menunduk lemas masih di depan pintu kamar Minami. merasa bersalah,
diajaknya duduk, Minami siap mendengarkan masalah yang terjadi antara dua
muridnya itu. Seingat Minami memang keduanya tidak terlalu dekat, jadi ia pikir
tidak akan ada masalah bila Chika ikut belajar bersama Kaito, namun sepertinya
ia salah.
"Aku dan Kaito kun
sudah berteman sejak SMP, kami sangat dekat sensei. tak hanya itu kami juga
selalu bersaing masuk 10 besar paralel di sekolah selama SMP. tapi ketika masuk
SMA kami ada di kelas yang berbeda. awalnya kami juga masih sangat akrab, tapi
entah kenapa sejak aku dekat dengan Jinguji senpai, Kaito kun menjauhi ku
sensei. padahal aku juga tidak melakukan apapun, aku masih ingin berteman
dengannya. bahkan ketika Kaito dekat dengan Hazuki san pun aku tak masalah,
tapi justru kami semakin jauh.aku tidak tau jika Kaito begitu ingin menjauhiku
seperti itu sensei. Gomenasai sensei tidak memberi tahu sensei masalah
ini" Chika masih tertunduk lesu setelah menceritakan masalahnya dengan
Kaito.
Minami tak
banyak berkomentar tentang masalah muridnya itu, ia hanya mendengar semua yang
dirasakan Chika dan membawa Chika mencari jalan keluarnya sendiri.
Minami mengantar kepulangan
Chika sampai tempat menunggu bus, sambil berjalan pulang ia meilhat sosok Kaito
asik bermain di taman bersama kucing liar yang mungkin ada di taman.
"Takahashi
kun?" Minami mendekat, berupaya agar tidak mengagetkan Kaito
Kaito yang masih asik bermain bersama
kucing yang ditemuinya. masih berseragam sekolah dan masih dengan tas berisi
buku-bukunya. Minami menceritakan apa yang diceritakan Chika, bagaimana Chika
berekspresi ketika bercerita. Kaito masih menunduk sambil mengelus kucing yang
ditemuinya. Minami tau sesekali Kaito tersenyum mendengar ceritanya. Belum
selesai mendengar dari versi lelaki di hadapannya, Minami justru ditinggal oleh
Kaito. Minami tersenyum, yaaa keindahan percintaan anak remaja, pikirnya.
Minami menyeruput susu
kotak rasa strowberry yang dibelinya di toko 24 jam dalam perjalanannya pulang.
berjalan sambil asik bermain game hp, langkahnya dikagetkan suara klakson
mobil. Sho hirano, kekasihnya muncul dalam sedan putih, menawarinya tumpangan
pulang. yaa meski jarak rumahnya tidak begitu jauh lagi.
"Dari mana malam malam
seorang gadis cantik sendirian?" sambil tersenyum Sho melirik bayangan
Minami dari kaca spion mobilnya, sengaja ia memelankan lau mobilnya agar bisa
lebih lama bersama Minami
"Aku mengantar
muridku, sekalian ini hehehe" memamerkan minuman favoritnya ke Sho, sontak
Sho mendekatkan mulutnya, ikut menyeruput sedotan dari susu kotak yang dibawa
Minami.
"Sho
awaaaaas!!!!"
ciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttt....
brrrrruuuuuuuuuuuk ......
Sho menerem mobilnya
mendadak, tapi terlambat. seorang di depannya sudah jatuh dengan sepeda di
sampingnya. Mereka keluar, mengintip siapa yang naik sepeda selarut ini di
tengah jalan.
Nagase Ren.
Sudah tak sadarkan diri,
darah mengalir pelan dari dagunya, Sho mengangkat Ren, memasukkannnya ke mobil,
membawanya cepat ke klinik tempatnya bekerja.
.
.
Minami tak pulang ke rumah,
ia sengaja menunggu Ren sadar hingga pagi, malangnya Ren tak sadarkan diri
juga. Sho-pun sama, ia menginap di klinik berjaga-jaga bila tiba tiba Ren
bangun.
Dua hari berlalu dan Ren
masih belum sadarkan diri. Minami masih bolak balik sekolah-klinik untuk
mengecek keadaan Ran, bahkan melibutkan kegiatan mengajarnya pada Kaito dan
Chika. Sho pun karena rasa bersalahnya masih terus memberikan perawatan terbaik
bagi korbannya itu.
Minami masih bermalam
menemai Ren, entah ada sudut dari dirinya yang merasa sangat mwngenal orang
yang masih tertir pulas di hadapannya. Senja terpancar dari balik jendela,
masuk melalui celah celah menyinari tubuh tak berdaya Ren.
Ren menggerakkan sedikit
jarinya, cepat cepat Minami menggil Sho untuk memeriksa keadaannya. Tak lama
perlahan matanya terbuka, tampak berat menahan luka di bagian kakak
kepalanya luka di tangan dan kakinya memang tak parah, tp cukup
membuatnya kesakitan.
"Ren...
reeeen....." minami mendekatkanbadannya ke badan Ren "yokattaaa...
akhirnya kau sadar Ren", tanpa sadar setetes air mata menetes dari mata
sipit gadis itu.
Sho bingung, tak paham
seberapa kenal Minami dengan lelaki itu dan kenapa Minami begitu panik dan mau
menghabiskan waktunya untuk Ren.
Ren hanya tersenyum
melihat tingkah Minami di depannya.
.
"Jadi, apa yang tak
ku tau antara kau dan Ren?," Sho masih saja memainkan sendok nasi karinya,
belum sesuappun ia makan, berbeda dengan Minami yang masih asik makan secara
perlahan
"Kau curiga dengan
Ren?", masih sibuk mengunyah katsu nya
"Entahlah...."
"Ayolah Sho, kau kan tau aku dan Ren hanya bertemu
sesekali di asosiasi pariwisata laut, dan.... kebetulan sering bertemu di
pantai"
"Hanya itu? Dia
bukan Ren........" sho menghentikan kalimatnya, menatap dalam mata
kekasihnya
"Sho .........
kalau dia Ren yang dulu, memangnya kenapa? " lahapan makan Minami
terhenti, sendok sudah diletakkan meski masih ada setengah porsi yang belum
tersentuh. Ada perasaan kesal pada dirinya tiap kali Sho mengungkit Ren, teman masa
kecilnya yang tak pernah lagi kembali.
“Gomenne Minami chan ....”Sho mengelus pelan rambut
Minami sambil tersenyum menatap wanita yang akan menjadi labuhan terakhirnya
itu. Tak mungkin ia terang-terangan mengatakan kalau ia cemburu. Mereka sudah
sangat lama bersama, bagaimana mungkin ia bisa cemburu pada orang baru yang
bahkan dirinya saja tak yakin.
*********
“Ohayoo Minami san... menikmati fajar lagi sendiri? Kau tak
ada kelas hari ini?” Ren menghampiri Minami yang asik duduk di pasir memandang
fajar dan lautan, masih berseragam pakaian olahraga lengkap dengan sepatunya.
“Ini kan hari minggu, Kaito dan Chika juga tidak ada
pelajaran tambahan hari ini ...” Masih memandang ke laut Minami menjawab sapaan
Ren yang tiba tiba datang. Seuatu kebetulan yang berulang terjadi, sejak hari
kepindahan Ren ke kota itu mereka selalu tak sengaja bertemu di pantai di pagi
hari, diantara sinar matahari fajar yang menusuk tulang.
“Sepertinya kau sedang ada banyak pikiran? Baiklah akan
ku tinggalkan kau sendiri kali ini... bye..............” belum sempat
meninggalkan Minami, langkahnya terhenti oleh tangan Minami yang menahan
celananya
“duduklah, kita bisa memandang laut bersama...”, tak
menolak, Ren menempatkan dirinya duduk di samping Minami, melipat kakinya
sambil memandang ke langit.
“Sho ada tugas di Sapporo 6 bulan ke depan. Haaaa aku
pasti kesepian hahahhaa”
“heeem?”
“tak apa hehe. Mau mampir ke rumah untuk sarapan?”
“bila tidak merepotkan akan sangat menyenangkan, sensei
hahaha ...”
.
“Tadaimaa... okaasan, aku bawa tamu ...”
“okaeri.. ah, sepertinya wajahnya tak asing..” orang tua
Minami coba mengingat-ingat siapa lelaki yang dibawa pulang Minami ini tapi tak
berhasil
“konnichiwa, Nagase Ren desu. Anoo saya bekerja di
asosiasi pariwisata laut sejak beberapa hari lalu” Ren memperkenalkan dirinya
dengan sangat sopan
“bukaan bukan, sepertinya aku pernah melihatmu sebelumnya
jauh sebelumnya dimana yaaa hmmm ah sudahlah, Minami bawa Ren masuk sarapannya
sudah siap yaa..”
“Haiiiiik >.<”
.
“Jadi, kenapa Ren ingin tinggal di kota ini?” Minami
membuka percakapan sambil menyiapkan orange jus dan beberapa snack untuk Ren
“Aku suka laut, ada sesuatu yang menggelitikku untuk
pergi ke kota ini dan saat aku tiba di sini aku jatuh cinta begitu saja dengan
semua hal yang ada di sini, seolah aku sudah lama mengenal tempat ini hehehe..”
Ren memutar matanya, melihat sekeliling ruang santai rumah Minami, dilihatnya
sebuat tumpukan album foto. “Boleh aku lihat-lihat ituu?”langsung saja dia
menunjuk kumpulan album foto yang tertata rapi di rak buku
“tentu itu semua foto yang kuambil. Kau bisa santai
disini dulu Ren, aku akan mandi dulu yaa”, Minami meninggalkan Ren sendirian.
Ren sibuk melihat semua koleksi foto Minami, dari foto
pantai dan langit dari fajar hingga senja dengan jumlah yang sangat banyak,
foto setiap sudut kota, muridnya di sekolah, hingga foto warga kota.
Pandangannya berhenti di sebuah foto siluet seorang pria di pinggir pantai. Sosoknya
tak asing bagi Ren. Beralih ke album foto masa kecil Minami. Begitu ceria,
penuh senyum, dan sangat imut Minami saat kecil. Hampir di setiap fotonya ada
foto lelaki kecil seumuran dengannya yang punya berbagai macam ekspresi.
Tiba-tiba saja kepala Ren terasa sangat sakit, tak bisa
menahan Ren menjatuhkan album foto yang dipegangnya. Jantungnya berdebar sangat
kencang, kepalanya berat, pandangannya kosong. Perlahan memori yang sempat
hilang perlahan bermunculan, membuat kepalanya sangat sakit.
“Ren... ren ...?”Minami menggoyangkan pelan tubuh Ren. “Ren?
Daijobu? Ren?”, pandangan Ren masih kosong sesaat. Minami masih menggoyangkan
pelan badan pria di depannya itu..
Ren perlahan sadar, nyeri mendadak di kepalanya perlahan
membaik, bayangan samar yang tiba tiba muncul juga menghilang. Tak mau
menghawatirkan Minami, Ren berpamitan pulang. Langkahnya masih pelan, berjalan
pelan menyusuri jalanan menuju tempat tinggalnya yang tak jauh dari pantai. Langkah
kakinya terhenti di pinggir pantai, kepalanya kembali terasa berat, bayangan
masa lalu yang pernah hilang perlahan kembali muncul mengisi setiap celah
otaknya.
*********
Sudah seminggu sejak Minami membawa Ren ke rumahnya, ia
tak bisa menemui pria itu lagi. Baik di asosiasi pariwisata laut, pantai,
bahkan di kios ramen yang sering Ren kunjungi juga tak pernah terlihat. Minami
merasa aneh dan khawatir. Terlebih sudah seminggu pula Sho sangat sibuk di
Sapporo sampai tak sempat menghubunginya sama sekali.
“Sensei,.. sensei ...” Suara Takahashi Kaito membuyarkan
lamunan Minami. “Ini tugas kelas yang harus di kumpulkan. Sensei baik saja?”
“ah iya taruh saja, nanti sensei koreksi.” Minami
tersenyum, tak ingin muridnya tau ia sedang melamun.
“baiklah, aku pamit dulu sensei ...”
Minami cepat mengoreksi tugas murid muridnya sekalian
menghilangkan rasa khawatirnya. Sengaja memang ia pulang terlambat. Sekolah
sudah sepi, langit mulai gelap, Minami berjalan perlahan menyusuri lorong
keluar dari sekolah.
Perjalanan pulang yang terasa sangat lama tiba tiba
berubah bagi Minami. Sosok Ren kembali dilihatnya dipinggir pantai, sebuah
senyuman manis mengembang dari dirinya tanpa sadar.
“Aw minami chan, baru pulang?” Ren tiba tiba menghampiri
Minami, senyumannya beda dari terakhir kali mereka bertemu, Minami merasa Ren
bukanlah Ren yang baru dikenalnya, Ren yang baru pindah ke kotanya. Keduanya
berjalan bersama, menuju kedai Ramen Shigekii. Seminggu tak bertemu bagai
berbulan tak bertemu, rasanya ada yang aneh dengan keduanya saat iini.
*********
Tiga bulan sejak Sho tugas di Sapporo dan sama sekali
belum menyempatkan diri kembali menemui Minami, kali ini mungkin Sho benar
benar sibuk sebagai dokter di sana. Meski tak rutin mengirim kabar pada Minami,
tapi keduanya saling percaya satu sama lain untuk menjaga hati. Ren masih
menjalankan tugasnya sebagai pengganti Sho di dekat Minami, bukan karena
permintaan siapapun, tapi dari hati kecilnya yang merasa harus.
Hari demi hari mereka lalui bersama, kedekatannya
keduanyapun bertambah. Sesekali Minami mampir ke apartemen Ren, pun sebaliknya
Ren mampir ke rumah Minami untuk menikmati makan malam bersama keluarga Minami.
Ren juga tak segan untuk ikut lari pagi bersama Minami setiap harinya, bahkan
ketika waktu luangnya berlebih ia ikut membantu Kaito dan Chika belajar sebagai
persiapan ujian masuk Universitas.
Seperti hari ini, keduanya sepakat mengajari Kaito dan
Chika dengan suasana baru. Belajar di kafe yang baru dibangun di dekat pantai,
alasan Chika untuk mencari situasi baru. Hubungan Chika dan Kaito yang juga
perlahan membaik membuat proses belajar menjadi menyenangkan dan tidak lagi
tegang seperti sebelumnya.
Minami dan Ren
keluar kafe bersama, Ren mengantar Minami pulang ke rumahnya dan mengiyakan
untuk mampir karena memang hari masih siang. Berdua berjalan perlahan sambil
masih asik mengobrol. Perjalanan terasa sangat singkat karena keasikan
mengobrol.
“Kau imut ya saat
kecil, siapa yang menyangka kalau saat dewasa akan menjadi seperti ini hahahaha”
Ren menggoda Minami sambil kembali melihat album foto masa kecilnya.
“berisik...” Minami
mengunyah kripik kentang rasa rumput laut sambil masih membaca manga yang baru
dibelinya, membiarkan Ren menjelajahi kenangan masa kecilnya.
“pria kecil ini,
dimana ia sekarang?”, pertanyaan Ren menghentikan kunyahan Minami. Ditelannya semua
kripik kentang yang sedang di mulutnya secepat mungkin.
“sudah sudah kau
tak perlu menjawab, kau pasti tak ingin menjawabkan, gomenn ...” Ren tanpa
sadar mencubit pipi gadis itu, kaget Minami hanya bisa diam dan mencari
minumnya. “Ngomong-ngomong, Sho apa kabar? Dia tidak ada hari libur untuk
mengunjungimu kemari yaa?” Ren melirik cincin yang melingkar di salah satu jari
lentik Minami.
“Entahlah Ren, dia
sangat sibuk akhir akhir ini. Kemarin dia cerita dia dapat pasien istimewa,
gadis kecil yang mengidap gagal jantung yang harus menunggu donor jantung”
“Minami....?”
Cuuuuuuuuuuuuuuuuup...
Ren tiba tiba
mencium bibir Minami, kaget, Mianami hanya bisa diam dan menatap pria itu,
cincin dari Sho yang dipakainya tiba tiba lepas. Hatinya berdegup sangat kencang
“Gomenn.. aku harus
pulang.. “ Ren menata apa yang telah ia kacaukan, mengambil barangnya dan
beranjak untuk pulang. “Sampaikan salamku untuk orang rumah, byee “ Ren
berpamitan cepat sambil tersenyum.
*********
Sho berencana
membuat kejutan atas kepulangan dadakannya untuk Minami, bunga dan sekotak
coklat sudah disiapkan untuk kekasihnya itu. Memang ia hanya mendapat cuti 2
hari, tapi ia sangat ingin bertemu Minami setelah 3 bulan tak bertemu. Tapi
sepertinya alam memberi jawaban lain. Hatinya mendadak sesak dan sakit.
Dari seberang kafe
baru di kota dilihatnya Minami keluar bersama Ren, berdua, saling tertawa
bahagia dan berbincang sepanjang jalan. Perlahan Sho mengikuti mereka. Langkahnya
terhenti ketika keduanya masuk rumah Minami. Sho menunggu cukup lama untuk
melihat apa yang terjadi antara keduanya.
Bunga dan coklat
yang dibawanya sepertinya hanya akan sia-sia saja. Sho kehilangan rencananya
memberi kejutan pada Minami. Ia hanya menunggu Ren keluar dari rumah
kekasihnya. Hatinya semakin tak bisa menahan saat melihat Ren keluar dengan
senyum bahagia. Pikirannya melayang membayangkan apa yang mereka lakukan di
dalam. Susah untuk mengusir pikiran itu dari kepalanya.
Sho masih mengikuti
langkah Ren, membiarkan Ren masuk apartemennya, beberapa menit lagi Sho akan
masuk, pikirnya dalam hati.
Suara bel pintu Ren
berbunyi, Ren membuka pintu dan kaget melihat sosok Sho berdiri di sana,
lengkap dengan bunga dan sekotak coklat.
“Masuklah, maaf
apartemenku sangat sempit. Kau mau ocha?” Ren mencoba bersikap wajar, ia tau
ada yang tidak beres dengan kedatangan Sho ke tempatnya. Pasti tentang minami,
pikirnya dalam hati.
“terimakasih” jawab
Sho sambil membenarkan posisi duduknya.
“Jadi, kau sudah
sejauh mana dengan Minami?” Shoe langsung menuju titik permasalah, tak ingin berlama-lama
mencari jaawabannya
“apa maksudmu Sho?”
“aku melihat kalian
tadi, dan mengikuti lebih tepatnya”
“ini tak seperti yang
kau bayangkan Sho tenanglah”
“Bagaimana aku bisa
tenang jika melihat kekasihku terlihat begitu bahagia dengan pria lain?”
“Sho,
sebenarnya.... aku hanya ingin membayar kepergianku secara mendadak pada Minami
beberapa tahun lalu” Ren menundukkan kepalanya, merasa sangat ebrsalah pada apa
yang telah terjadi
“maksudmu?”
“iyaa.. aku Ren teman
masa kecil Minami yang meninggalkan kota ini dan tidak lagi memberi kabar pada
Minami setelahnya”
“hah?” Sho masih
bingung dengan yang dibicarakan Ren
“17 tahun lalu,
saat aku meninggalkan kota ini untuk ikut orang tuaku saat usia kami 8 tahun
aku pindah ke Osaka. Tapi suatu hari saat perjalanan wisata keluarga ke Kyoto
mobil yang dikendarai ayahku menabrak dan hanya aku yang selamat. Aku dirawat
dan diadobsi oleh keluargaku yang sekarang, mereka adalah teman dekat ayahku. Tapi
saat itu aku kehilangan ingatan masa kecilku. Tiga bulan lalu, aku baru
mengetahui semuanya saat aku membuka album foto di rumah Minami dan setelahnya
aku kembali ke Osaka untuk mencari tahu semuanya. Orang tuaku menceritakan dari
awal, semua kejadiannya lengkap. Dan saat itu juga aku merasa sangat sangat
bersalah meninggalkan Minami tanpa kabar, tanpa ia tahu semua yang terjadi.”
Ren menunduk lemas, diam untuk sesaat
“dan aku pikir saat
inilah aku harus menebus kesalahanku pada Minami sebelum pada akhirnya kalian
harus menikah, gomenn ... kau boleh memarahi, memukul, atau apapun yang kau
inginkan padaku”
Sho diam mendengar
semua cerita Ren. Pikirannya ternyata selama ini benar. Ren yang dari awal
pertemuannya dengan Minami selalu dibanggakan, Ren teman masa kecil Minami yang
begitu sulit untuk tergantikan.
.
Sho melangkahkan
kakinya perlahan, rencana indah yang sudah ia siapkan untuk Minami dibatalkan
begitu saja. Hari itu juga ia memutuskan kembali ke Sapporo. Memutuskan bertemu
Minami 3 bulan lagi saat tugasnya sudah benar-benar selesai.
*********
6 bulan masa tugas
Sho di Sapporo berakhir, Sho kembali ke kota Minami, keduanya kembali bersama
setelah terpissah cukup lama kali ini. Sho memang tak menceritakan jika 3 bulan
lalu ia datang dan melihatnya bersama Minami. Minami juga sama, tak banyak
menceritakan apa yang terjadi antara dirinya dan Ren.
Persiapan
pernikahan keduanya sudah hampir 90%. Rencananya pernikahan akan diadakan bulan
Mei. Minami sudah jarang bertemu Ren. Ia tak mau hatinya bimbang ketika Ren dan
Sho ada disaat bersamaan. Ia sudah cukup bahagia dengan keberadaan Sho
disisinya selama ini.
.
Hari pernikahan
yang tinggu tiba, Minami siap dengan gaun pengantinnya yang begitu indah. Kaun
pengantin berupa Kimono putih dengan aksen warna jingga sesuai warna langit
favoritnya. Dandanan yang begitu cantik, ruangan pernikahan yang sudah
disiapkan dengaan hiasan bungan lili dan mawar putih. Undangan yang memang
tidak banyak, hanya beberapa kerabat dan teman dekat yang sengaja diundang.
Minami masih di ruang persiapan, sedari pagi ia belum melihat Sho, cukup aneh
menurutnya karena semalam keduanya masih bisa makan udon bersama.
“Sensei...” seorang
gadis cantik masuk ke ruangan menyapa gurunya itu
“Chika chaaaan....
terimakasih kau sudah jauh jauh datang dari tokyo.”
“uhm.. demi sensei
looh hehehe. Omedeto ya sensei. Akhirnya Akira sensei menikah.aku turut bahagia”
“terimakasih ya
cantik.. selamat juga kau bisa masuk fakultas kedokteran pilihanmu. Dan selamat
juga untuk Kaito kun” Minami tersenyum manis.
“Minami chan...
sudah waktunya...” Ibu Minami muncul mengisyaratkan pernikahan segera dimulai.
Minami memasuki ruangan pernikahan dengan begitu anggunnya. Semua mata undangan
tertuju pada sosoknya yang cantik, kimononya yang indah, juga dandanannya yang
begitu sempurna. Minami masih belum menemukan sosok Sho disana. Pikirannya mulai
panik memikirkan apa yang terjadi dengannya.
Kreeeeeeeeeeek...
Pintu ruangan
terbuka. Seorang pria cukup tinggi memasuki ruangan, sosok yang membuat semua
undangan kaget, terlebih Minami. Setelan jas berwarna putih dengan hiasan bunga
di saku atas. Berjalan perlahan menghampiri Minami yang sudah siap mengucap
janji suci.
“Minami chan, ini
titipan dari Sho”, Ren. Pria itu menyerahkan sepucuk surat untuk Minami
Minami chan..
Gomenn semua terlalu mendadak dan mengagetkanmu. Aku harus
pergi ke Afrika selatan. Ada begitu banyak anak yang butuh bantuanku di sana. Maaf
aku tak bisa memberi tahumu sebelumnya. Maaf aku tak bisa jujur padamu.
Aku tau semua tentang Ren yang belum kau tau. Aku tau
kalau Ren yang sekarang di depanmu adalah Ren yang selalu ada dipikiranmu sejak
18 tahun lalu. Beruntung sekali dia dia datang saat ini bukan?
Minami, berjanjilah untuk hidup bahagia dengan Ren. Dia orang
yang cocok untukmu, kalian sudah dari kecil ditakdirkan bersama. Berjanjilah untuk
terus tersenyum bersamanya karena senyummu begitu indah. Maafkan aku tak bisa
menjadi fajar dan senjamu setiap hari. Aku terlalu pengecut untuk mengatakannya
langsung. Maaf
Aku merestui pernikahan kalian. Berbahagialah.
Bila Ren tak bisa lagi membahagiakanmu, aku akan segera
terbang ke Jepang dan merebutmu kembali.
Terimakasih untuk selama ini,bidadariku...
Kau akan terus melihatku diantara fajar dan senjamu.
Salam,
Hirano Sho
Minami meneteskan
air matanya setelah membaca surat Sho. Kenapa? Bagaimana bisa? Apa yang tak ia
ketahui? Mengapa mereka menyembunyikan ini darinya? Pertanyaan yang masih
berputar di otaknya.
“Minami chan,
maukah kau menikah denganku?” Ren menyodorkan sebuah cincin di hadapan Minami. Tak
bisa berkata apa-apa Minami mengiyakan ajakan Ren sesuai surat yang ditulis
Sho.
“Tadaima Minami
chan, gomenne aku pergi terlalu lama” Ren memeluk Minami kencang
*********
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar