SENJA DAN FAJAR
By : KirieHazuki
Chara :
Sho Hirano, Nagase Ren, Takahashi Kaito (mr
king), Akira Minami (OC)
Ini adalah ff labil dari fans labil Mr King, ff
tribute to temen kantor saat kita lagi liat senja bersama *cieeh*, juga buat Mr King setelah suksesnya Samasuta, terutama buat Ren setelah jadi MC yang baik saat jadwal show SixTONES Traja di Samasuta. Selamat menikmati.
Semoga tak ada yang tersakiti….
*********
" Minami
chan, terimakasih yaa sudah mau jadi temanku. Sampai bertemu lagi...."
Senja ungu kemerahan, mentari yang mulai malu memperlihatkan wujutnya, burung yang ramai terbang membelah langit senja yang damai. Suara desiran ombak menyapu rangkaian pasir menambah keheningan senja kala itu.
Dua orang yang saling diam, setelah ucapan
perpisahan dari salah satunya. Mobil sudah siap melaju, tinggal menunggu sosok
pria kecil yang tak mau lepas dari temannya.
Si gadis kecil menangis sesegukan, semua terjadi
begitu tiba tiba. Bersama sejak kecil hingga umur 8 tahun, terpisahkan karena
tempat kerja orang tuanya tak lagi di kota kecil di pinggir pantai yang tenang
ini.
"Minami chan, simpan ini yaa... nanti kalau aku
ke sini lagi kau harus tetap ingat padaku", pria kecil menyerahkan kulit kerang yang lama
disimpannya. Si gadis kecil menerima sambil masih terisak sedih.
"Kenapa kau tak tinggal dengan kakekmu saja?
Kenapa kau meninggalkanku? Hikss", masih terisak si gadis kecil sambil
menggenggam kulit kerang yang didapatnya.
"Gomenn... hontoni gomenne Michan... jangan
lupakan aku ya Michan. Bye byee" si pria kecil mengusap air mata yang
masih keluar dari gadis kecil di depannya. Berpamitan. Berjanji akan tetap
bertemu lagi.
*********
"Okaasan... aku berangkat olahraga dulu yaaa
", sambil membenarkan sepatu larinya
"Jangan sampai terlambat pulang yaaa atau kau
akan terlambat berangkat sekolah," balas orang yang dipanggil ibu tadi.
Matahari belum benar benar memperlihatkan wujudnya,
sinarnya berebut tempat dengan bintang yang mulai menghilang. Desiran ombak
menghembus pasir di pinggir pantai. Udara musim gugur yang mulai dingin tak menghalangi
Akira Minami lari pagi seperti sebelum sebelumnya. Sudah menjadi kebiasaan
gadis 25 tahun ini untuk jogging pagi meski kini sudah berprofesi sebagai
seorang guru.
Minami selalu suka menikmati fajar di pinggir pantai
di kotanya. 25 tahun mungkin waktu yang cukup lama untuk seorang berdiam di
satu tempat, tapi tidak untuk Minami. Kecintaannya pada kampung halaman selalu
membuatnya pulang kembali meski tawaran untuknya menjadi guru di kota besar
sangat menggiurkan.
Aroma pasir tersapu ombak, celoteh burung di pagi
hari, sinar jingga melewati hembusan angin pagi. Sesuatu yang tak ia dapati
ketika menempuh pendidikan guru di kota Tokyo. Dikeluarkannya pocket camera
yang selalu ia bawa dalam situasi apapun. Bukan kali pertama, tapi sudah
ratusan bahkan ribuan foto langit kala fajar ia tangkap dan abadikan.
Sesosok pemuda mampir ke bidikan kameranya. Seorang
yang asing yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Asik melihat sapuan ombak, bersama
sebuah koper besar, satu tas ransel ada di sampingnya. Kaca mata hitam yang
menghalangi sinar menusuk retinanya, celana cream pendek memamerkan otot kaki,
kaos putih yang membentuk lekuh tubuh. siluetnya tertahan di bidikan kamera
Minami, memaksanya menekan tombol capture,
membertahankan sosok asing itu di memori kameranya.
*********
"Oke, pelajaran hari ini cukup sampai disini.
Jangan lupa minggu depan kita akan adakan latihan praktek. Siapkan menu makan
siang yng ingin kalian siapkan untuk orang tersayang kalian", tutup Minami
di akhir kelasnya.
"Arigatou sensei...." salam anak kelas 3.2
diakhir kelas Minami. Sensei yang terkenal murah senyum itu keluar kelas sambil
membawa buku materinya. Tampak salah satu muridnya menyusul di belakangnya
"Akira sensei...."
" iya Takahashi kun? ", balasnya pada
murid yang megejarnya
"Ano, maukah sensei menjadi guru privat ku
untuk persiapan masuk universitas? Uuuh aku ingin sekali masuk jurusan
psikologi, tp aku tak yakin dengan kemampuanku sendiiri hehehe", ungkap murid itu sambil menggaruk rambutnya
yang tidak gatal.
"hmmm bagaimana yaaa, bukankah kau sudah ikut
pelajaran tambahan di luar?"
"Entahlah sensei, aku tidak betah di sana.
Senseinya menyebalkan, aku bahkan tidak mengerti apa yang dia ajarkan
hehe"
"Oke sensei akan coba konsultasikan dengan
orang tuamu dulu ya Takahashi kun,"
"haik! Arigatou sensei. Aku tau akubisa
mengandalkan sensei, sampai bertemu lagi sensei. Mata ashita", tutup
lelaki yang bernama Takahashi Kaito ini.
Akira Minami berjalan cepat menuju ruang guru. Jam
sudah menunjukkan pukul 6 sore, bukan tanpa alasan Minami ingin pulang cepat
hari ini. Seorang
spesial sudah menunggunya. Seorang yang bukan warga asli namun begitu jatuh
cinta dengan kota kelahiran Minami.
Mobil sedan putih berhenti di depan gerbang sekolah.
Seorang pria tinggi, tampan, dengan aksesoris kaca mata hitam menyapa Minami
dari dalamnya. Menunggu wanita cantik itu masuk mobil, saling bertegur salam
karena sudah satu bulan tak saling bertemu.
Mobil melaju pelan melintasi jalanan, melewati
pinggir pantai dikala senja, beberapa anak kecil Nampak bermain bola di pantai,
ada juga beberapa gadis yang duduk santai berkelompok. Sesosok pria yang tak
asing bagi ingatan Minami juga ada. Menatap senja di pinggir pantai,
dikelilingi beberapa ember kecil di sekitarnya. Pikirannya sontak melayang ke
masa 17 tahun lalu, hal yang tak pernah ingin dia coba lupakan, hal yang selalu
akan disisakan ruang dalam alam ketidaksadarannya.
“Michan... hoii michan....”
“ah ah .. gomeen Sho... ada
apa?”
“apa yang sedang kau pikirkan
sampai melamun begitu?”, tanya Pria bernama Hirano Sho itu masih fokus dengan
mobilnya. Alunan musik khas band lawas X-Japan menggema dalam mobil.
“tidak, hanya saja senja ini
terlihat berbeda dari biasanya. Sudah lama aku tak lihat senja dengan warna
ungu sebanyak hari ini”, Minami mencoba mengelak
“souka? Okey. Kau pilih ramen
atau udon sore ini? Aaah.. aku rindu kedai milik Shigekii san.”
“Kalau begitu kita makan ramen
di kedai Shigekii san saja, hoo bagaimana Sho?”
“Yosssh meluncuuur.”
Ramen di kedai Shigekii memang
terkenal enak, bahkan wisarawan dari luar kotapun banyak mampir hanya untuk menikmati keunikan ramen pedas
rasa seafood. Meskipun sudah sampai generasi keenam, namun cita rasa ramen di
kedai ini tak pernah berubah, justru jadi semakin ramai. Istri calon generasi
ketujuh Shigekii juga merupakan guru di sekolah yang sama dengan Minami.
“Terimakasih sudah menemani
kedatanganku kembali. Jangan lupa istirahat ya Michan, jangan mainkan game
kartu idolmu itu terus yaaa akira sensei.” Sho mengusap lembut kepala wanita
yang belum beranjak dari kursi mobilnya itu. Senyuman mengembang dari parasnya
yang tampan.
“haik. Oyasumi Sho kun”, Minami
melepas seatbeltnya. Tangan Sho
menggapai pundaknya, membawanya mendekat, melayangkan sebuah kecupan manis tapt
di jidat wanita cantik itu.
*********
Minami tak bisa tidur, otaknya masih terngiang
apa yang dikatakan Sho dua hari lalu. Langit malam menyinari ruangan kamarnya. Jendela
memang sengaja masih ia buka, ia biarkan angin malam dan sinar bulan masuk ke
kamarnya yang tidak terlalu besar itu.
Tliing
Satu email masuk ke ponselnya. Senyum
mengembang besar dari bibirnya yang cukup mungil. Diangkatnya kalung kulit
kerang yang selalu ia simpan, disinari sinar lampu, kulit kerang itu memang
sudah tak muda lagi. Bukan, bukan dari Sho, tapi dari teman masa kecilnya. Semua
yang Minami rasakan selalu ia curahkan pada kulit kerang yang menjadi saksi
perubahan warna senja hari itu.
Tliiiiing
Satu email kembali masuk, bukan
dari orang yang membuatnya tersenyum lebar, tapi dari muridnya. Apa yang ia
lakukan malam begini, batinnya.
Akira sensei.. mite.. aku dapat nilai sempurna di uji
coba masuk universitas hari ini. Yatta yattaaa ....
Minami kembali tersenyum, kali
ini untuk alasan yang berbeda. Takahashi Kaito, muridnya di kelas, sekaligus murid
bimbingan privatnya mengirim fotonya di depan universitas pilihannya sambil
tersenyum lebar.
Jam menunjukkan pukul 12 malam,
Minami memaksakan diri untuk terlelap.
.
Seperti biasa, Minami masih
selalu rutin untuk berolahraga pagi. Hari ini ia bisa bersantai karena hari
sabtu. Mentari fajar menggoda, memaksa keluar ditengah awan mendung. Tetap cantik.
Langit fajar dan senja kala matahari saling berebut dengan malam selalu menarik
bagi Minami.
Pandangannya tertuju pada satu
sosok yang ia yakini pernah melihat sebelumnya. Celana pendek, jaket olahraga,
dan membawa sepatu kets. Memandang ke arah laut, menikmati desiran ombak
sembari memainkan ombak dengan kaki telanjangnya.
Hujan tiba tiba turun, Minami
lari ke kedai es serut pinggir pantai yang memang belum buka. Mencoba membersihkan
diri dari air hujan yang menempel. Lelaki yang sedari tadi coba diingat Minami
ikut berteduh disana. Kakinya tampak kesakitan karna berlari tanpa alas. Wajahnya
tak asing bagi Minami, tapi ia tak yakin akan pikirannya sendiri.
“Ano, mau ini, sapu tangan
pakailah” Minami menyerahkan sapu tangan yang belum dipakainya
“Ah iie, arigatou,” Lelaki itu
menerima dengan senang hati, dipakinya mengelap rambutnya yang basah oleh
rintikan hujan.
“Kau bukan orang sini yaa? Wajahmu
tampak asing”
“ah iya. Nagase Ren, aku
bekerja di asosiasi pariwisata laut sejak sebulan lalu. Salam kenal”. Nama yang
tak asing bagi Minami sebenarnya, tapi ia ingat betul, bukan itu nama
keluarganya. Wajahnyapun sangat mirip, mungkin jika seusianya sekarang.
“Akira Minami, salam kenal”
“Aku sering melihat akira san
berlari di pantai. Kau senang sekali olahraga yaa?”
“Panggil minami saja tak apa...”
“baiklah, minami san”
“tidak juga, aku hanya senang
melihat langit senja, selalu membawa kembali memori masa kecilku”
“ah sou... akupun begitu, aku
rasa ada yang menggelitikku ketika aku mendapat tugas di kota ini. Ada sesuatu
yang aku rasa pernah aku ingat, tapi aku juga tidak ingat. Aneh yaa...” hehehe.
Si lelaki yang mengaku bernama Nagase Ren mencoba menjelaskan. Minami terdiam,
pandangannya hanya menatap hujan, berharap segera reda. Pikirannya kembali
melayang pada hari perpisahan itu, langit senja berwarna cerah, seorang yang tak pernah menepati janjinya, kenangan yang dipaksanya tersimpan dalam sudut ruang otaknya, seorang yang mulai tergantikan keberadaannya seiring berjalannya waktu. Tapi Minami yakin, orang itu bukan orang yang ada di dekatnya kali ini. kenangan itu mungkin sudah hilang bagi orang itu.
*********
Bersambung
Gak tau kenapa ya,, yang kali ini bikin merindinggggg.... Tapi thank's so much sudah nulis pesanannku....Go part 2....!!!!!
BalasHapus