NANAIRO RHAPSODY
Chara : Matsumura Hokuto, Jesse Lewis
(SixTONES) dan karakter lain yang numpang lewat
Rating : 20+, boyslove, drama
Fanfiction kali ini author terinspirasi
dari repo Shonentachi antara Hokuto dan Jesse yang bikin author kekurangan darah
saking bahagianya mereka CLBK *author fansnya HokuJess soalnya*
Entah ini ratingnya sebaiknya berapa, tapi
adegannya menurut saya rada lebih parah dari yang sebelumnya, apalagi kalo
sambil dibayangin hehe.
Selamat berimajinasi, selamat menikmati,
ditunggu caci makiannya di comment...
*********
Kampus
sore mulai sepi, hanya menyisakan beberapa mahasiswanya yang sedang mgnikuti
kegiatan kampus. Tim basket juga sudah selesai latihan untuk turnamen musim
dingin. Kamar mandi dekat ruang ganti tim basket terlihat sepi, beberapa
anggota tim basket sudah selesai mandi dan pulang.
Jesse Lewis samar samar melihat
bayangan Hokuto yang sedang mandi. di dekatinya yang dianggap bayangan Houkuto
dan memang benar itu Hokuto.
Kreeek
....
Pintu kamar mandi Hokuto terbuka. Pintu memang
sengaja di desain terbuat dari kaca, samar terlihat siapa yang mandi. Malangnya, Hokuto lupa mengunci
pintu, sebuah kebiasaan buruk dari wakil kapten Tim basket.
"Jesse,
apa yang kau ...." tak sempat menyelesaikan kalimatnya, Jesse membungkam
mulut Hokuto, tak bisa kabur, karena Jesse begitu kuat. badan jesse yang masih
tertutupi sergam basket itupun ikut basah oleh air shower yang mengaliri badan
Hokuto.
"Kenapa..
kenapa kau lebih miilih Sho? berapa kali aku mengajakmu makan setelah latihan
tapi kau selalu menolak?"
"bukan
begitu jess ..."Hokuto terengah-engah karena dekapan tangan Jesse di
mulutnya. air shower masih mengalir diantara mereka berdua. "Kau kan tau,
aku sempat menjadi keyboardis di band Sho dan memang kita sangat lama tidak
bertemu, jadi apa salahnya mengajaknya makan ebrsama?"
"lalu?
karna kau bertemu aku setiap hari? karna kita latihan basket bersama jadi kau
tidak mau mengikuti ajakan makan ku?" Jesse masih menghadap Hokuto, kali
ini posisinya meng-kabedon Hokuto di bawah shower. bajunya sudah basah, Hokuto
masih tanpa pakaian.
Hokuto
membalik posisinya, kali ini ia yang meng-kabedon Jesse, "memang apa
masalahmu?" wajah hokuto memerah
cuuup
sebuah
ciuman keras didaratkan Hokuto ke mulut Jesse, badannya menempel ke badan Jesse
yang sudah tersudut ke dinding kamar mandi sekolah itu.
Sontak
Jesse meremas pantat Hokuto. perasaannya memuncak kala ia ingat senyuman yang
dilempar Hokuto pada Sho di tengah latihan tadi. Menahan badannya yang makin
memanas, Jesse justru melemparkan tiga kali pukulan ke pantat Hokuto.
"itteeee....
Jesse stop!!" Hokuto mengeram kesakitan, badannya menegang
Jesse
menukar posisinya, menyudutkan Hokuto di sudut kamar mandi. air shower masih
mengalir deras, dingin, mendinginkan badan dan otak mereka yang cukup panas.
Kreeeeeeek. ...
Pintu
utama kamar mandi terbuka. tampak seperti ada sesosok yang mengintip. Mujur,
Jesse lekas mencium Hokuto sehingga tak ada suara yang keluar. badan mereka
sangat menempel seperti terlihat hanya satu orang yang sedang mandi.
*********
3 hari sebelumnya ....
“Hokuto, ada yang harus kita bahas untuk persiapan
turnamen. Mau makan ramen bersama malam ini?” Jesse melepas handuk yang
dipakainya, mulai memakai baju, membuka pembicaraan selepas mereka selesai
Mandi setelah latihan basket.
Jesse Lewis, kaptin tim basket universitas. Pria berdarah
campuran Amerika-Jepang ini adalah siswa fakultas seni. Cita-citanya bisa
menghasilkan banyak film bidang olah raga, cita cita lainnya adalah menjadi
aktor Kabuki terkenal. Meski berdara campuran, Jesse sangat senang dengan
makanan tradisional Jepang.
“Aw.. gomenn Jess, aku ada tidak bisa untuk malam ini. Besok
saja saat jam makan siang di kantin yaa? Byee...”. Hokuto cepat merapikan
barangnya. Tak lupa memakai parfum ke sekujur badannya yang mulai berotot.
Matsumura Hokuto, wakil kapten tim basket universitas. Salah
satu mahasiswa terbaik di fakultas ekonomi tempatnya menempuh study. Tak hanya
pintar akademik, pemain basket sejak ssekolah menegah pertama ini juga ahli
memainkan alat musik, dari gitar hingga keyboard. Banyak wanita yang
mengejarnya, namun sejak putus dari gadis tomboy temannya semasa SMA, Hokuto
tak pernah lagi terlihat dekat dengan wanita.
“Ditolak lagi yaa? Hahaha...” Tanaka Juri datang dan
merangkulkan tangannya ke pundah kaptennya itu. Seolah tau yang dialami Jesse,
Juripun selalu ditolak Hokuto ketika ia mengajaknya minum kopi bersama, padahal
mereka satu fakultas dan satu kelas.
Sejak dua hari yang lalu, Jesse selalu mengajak Hokuto
makan malam bersama selepas latihan. Tapi Hokuto selalu menolak dengan alasan
yang sama, tugas. Bahkan ketika Juri hanya mengajakanya minum kopi bersamapun
Hokuto juga tidak bisa ikut. Padahal Hokuto sebelumnya sangat siap untuk diajak
pergi kapanpun dan kemanapun oleh teman-temannya.
*********
Suara dencitan sepatu menggema ke seluruh stadion. Tampak
tim basket sedang latihan keras untuk turnamen yang tinggal menghitung hari.
Jesse dan Hokuto terbagi menjadi dua tim yang berbeda, tim merah untuk Jesse,
Juri, Ryo, Hanzawa, dan Myuto. Sementar tim kuning dipimpin Hokuto dengan
Shintaro, Kouchi, Shogo, Aran, dan Reo. Dua tim dengan pemain andalam
universitas saling mengadu kemampuan mereka.
Peluh demi peluh keringat menetes ke lapangan, baju
basket yang basah dan aroma keringat berkumpul memadati ruangan. Beberapa junior
bersiap bila harus menggantikan seniornya sewaktu-waktu. Kiriyama sensei
menjadi wasit, sementara Nozomu, alumni sekaligus asisten pelatih menyiapkan
junior untuk siap bermain.
Peluit tanda babak pertama selesai berbunyi sangat
nyaring. Musik musik yang mengiringi sepanjang game berhenti berbunyi. Tim pertama
yang saling beradu beristirahat dan bersiap digantikan tim junior mereka.
“Hokutoooo”, tampak seorang melambaikan tangannya saat
melewati gedung olahraga. Tidak terlalu tinggi, tampan, dan menggendong gitar
di punggungnya. Sosok lelaki itu menghampiri gerombolan tim basket yang sedang
istirahat.
“Sho..”Hokuto hampir tersedak karena tiba-tiba melihat
Sho di depannya. “Apa yang kau lakukan disini?” sambil mengelap mulutnya yang
belepotan karena air yang tumpah dari mulutnya.
“aku menjemput adikku .... kau masih main basket? Kapan kau
siap jadi keyboardis SMILE lagi?” tanyanya sambil merangkul pundak Hokuto. Sudah
sangat lama sejak Hokuto keluar dari band dan mereka tidak pernah bertemu lagi.
Hirano Sho, leader dan vokalis band bernama SMILE yang sudah ada sejak Hokuto
SMA dan sampai sekarang masih eksis di dunia musik indie kotanya.
Jesse yang baru selesai dari toilet melihat Hokuto dari
kejauhan, Hokuto tersenyum begitu puas. Sudah lama rasanya ia tak melihat
partnernya tersenyum selebar saat bertemu Sho hari ini. Hati kecilnya terasa
sesak.
“Aku akan melihat kau latihan sambil menunggu adikku,
jadi mainlah yang terbaik yaa...” Sho menepuk pundak Hokuto, meninggalkannya
menuju bangku penonton. Hokuto melemparkan senyuman dan sinyal tanda jempol.
20 menit istirahat dan bergantian tim yang bermain, kini
giliran dua tim pertama kembali beradu tanding. Masih dengan Jesse dan Hokuto
sebagai kaptennya.Pertandingan kedua berakhir sangat panas. Jesse yang tak
hentinya menyerang tim Hokuto, mempermainkan pertahanan tim Hokuto. Kewalahan,
tinggal Hokuto melawan Jesse untuk kesekian kalinya.
“Jadi temanmu datang dan kau langsung setuju makan malam
dengannya?” Jesse sambil mendribel bolanya.
“Sho? Dia memang teman lamaku ... “Hokuto berusaha
merebut bola dari Jesse, tapi pertahanan Jesse sangat kuat. Tak mau
menghabiskan waktu terlalu lama, Jesse memndribel bolanya keras, melakukan
jumpt dengan sangat kuat, sambil melakukan sedikit aksi bergantung di ring.
“Tunggu pembalasanku...” ucapnya sambil meninggalkan
Hokuto dan menuju pertahanannya. Game masih berjalan sengit, masing masing
anggota tim menunjukkan performa terbaik mereka di depan juniornya. Meski bukan
pertandingan serius, namun latihan mereka selalu serius, dengan diselingi
banyak tawa yang membuat Kiriyama sensei kesal.
Latihan hari ini berakhir lebih cepat dari biasanya.
Sho-pun meninggalkan Hokuto. Kamar mandi dekat ruang ganti tim basket penuh
karena semua buru-buru ingin pulang. Bau air yang bercampur sabun, bau parfum,
bau keringat, semua berkumpul mengalir dari kamar mandi amsuk ke ruang ganti
tim basket.
Hokuto yang masih sibuk dengan handphonenya sambil beberapa kali tersenyum sendiri. Jesse dengan
chit-chatnya bersama anggota basket lain. Sesekali melempar lirikan kesal pada
Hokuto yang asik duduk sendiri.
“Oi... hari ini, ayo makan udon” Hokuto tiba tiba muncul.
Jesse yang sedang asik dengan Kouchi dan Juri sedikit kaget.
“eeeh?? Tumben? Tapi maaf hari ini aku sudah ada janji
dengan Kou. Ya kan Kou?” Jesse menepuk pundak Kouchi yang tengah asik memakan
lemon manis yang disiapkan untuk mereka.
“uuum...”jawabnya sambil menyipitkan mata karena rasa
asam dari lemon yang dimakannya.
“umm.. oke mungkin lain kali. “ Hokuto kembali ke
tempatnya, menambil peralatan mandi. Kamar mandi sudah kosong, satu persatu
anggota tim sudah pulang. Hanya tinggal dia, Jesse, Juri, Kouchi dan Shintaro
yang memang belum pulang.
Hokuto melepas pakaiannya, mengatur air dalam kondisi
dingin, perlahan membasuh badannya, mengadahkan wajahnya ke arah air yang
mengalir sambil menikmati setiap tetesannya.
*********
Sadar sudah tidak ada lagi orang di kamar mandi, Jesse
melanjutkan pekerjaannya dengan Hokuto. Digigitnya perlahan telinga Hokuto
sambil mengehembuskan nafas pelan dari hidungnya. Hokuto tampak menegang, masih
tak percaya apa yang mereka lakukan di tempat itu.
Air shower masih mengalir deras. Hokuto melepas jersey yang
masih dipake Jesse, menjatuhkannya begitu saja di lantai, sayangnya celana
jesse masih menempel pada pemiliknya.
Hokuto mendorong Jesse menuju dinding kamar mandi,
membelai rambutnya, tangannya memainkan badan Jesse, disentuhnya bibir tebal
Jesse, turun ke dada secara perlahan. Tatapannya masih lurus ke mata Jesse
sambil menahan air agar tak ada yang masuk ke matanya. Tangannya memaksa untuk
melepas celana Jesse.
Keduanya saling menegang, air shower menjadi perhiasan
antar mereka. Tangan Hokuto sibuk menjelajahi badan Jesse yang halus, Jesse
masih diam sambil memperhatikan apa yang diperbuat Hokuto. Nafas keduanya
terasa semakin berat, tapi tak satupun berniat mengecilkan air yang amsih
mengalir.
Tak mau kalah, Jesse membalik posisinya, memaksa Hokuto
bersandar di dindin. Sedikit kasar, Jesse memegang erat tangan Hokuto, ciuman
keras ditujukan untuk bibir manis Hokuto. Lidahnya menjelajahi mulut Hokuto,
tetesan air masuk ke mulut mereka. Hokuto tersedak.
Masih dalam posisi memegang tangan Hokuto, Jesse
menurunkan ciumannya ke leher hokuto, digigit dengan keras dalam waktu yang
lama ...
“uuuhm...” Hokuto sedikit merintih. Tanda merah jelas
muncul pada lehernya, belum puas Jesse beralih ke sisi lainnya, meninggalkan
kesan yang sama.
Jesse menaikkan ciumannya, menggigit pelan telinga kanan
Hokuto, memainkannya dengan giginya, mengalirkan udara dari hidungnya, Hokuto
menggerakkan kepalanya tanda geli.
Tak selesai sampai disitu, Jesse kembali menurunkan
ciumannya ke dada Hokuto, tangannya memainkan badan Hokuto dari dada sampai
kaki, sampai Hokuto tak berdaya. Sekuat tenaga yang tersissa, Hokuto membali
posisi, melakukan hal yang sama dengan yang jesse lakukan.
“Oiii...” Jesse memotong ciuman Hokuto di telinganya
“emmm??” masih belum mau berhenti, Hokut menjawab
“aku kemari tak membawa handuk ataupun pakaian ganti...”
“itu kan masalahmu...” Hokuto memandang jesse, tak peduli
dengan masalah Jesse. Masih belum puas, keduanya melanjutkan ke hal yang lain,
beberapa kali Hokuto meremas pantat Jesse, membalas pukulan jesse di pantatnya.
Kamar mandi berukuran 1x1 itu terasa sangat luas bagi mereka berdua.
.
“Jadi, kau mau bilang ke Kouchi hari ini tidak jadi?”
Hokuto menggosok rambutnya yang basah, tangannya sudah sangat berkerut karena
tak ingat berapa lama ia dan Jesse beradu di bawah air shower.
“Kau bilang kau ingin udon?” Jesse masih sambil mengetik
pesan pada Kouchi, ruang ganti sudah sepi, tinggal mereka berdua. “Di dekat
rumahku ada tempat makan udon enak, menginaplah”
“oke, kau yang traktir yaa...”Hokuto mengemas barangnya
dengan segera. Pun Jesse.
*********
TAMAT.....
hehehe ^.^
;(( ;(( @-)
BalasHapus