01.26
2
HUJAN DIMUSIM PANAS
Chara : Kyomoto Taiga, Tanaka Juri, Jesse Lewis (sixTONES), Yuya Tegoshi (NEWS)


 Yooosh nulis FF lagi >.< 
yang kemaren ada yang req KyomoJur KyomoJess nih skalian aja hahaha >.<
Jadi ini di jalan pulang kantor, inget lagunya NEWS-Koi wo Shiranai Kimi e, eh dapet inspirasi hehe 
gomen ceritanya amburadul antah banget nggak jelas huhuuu
apabila ada kesamaan dalam cerita author minta maaf karena ketidak sengajaan belaka, bukan bermaksud ikut ikutan >.< 
comments commentss.... 

ariyasuuu . >.< 



Hujan di musim panas, sama seperti saat itu bagi seorang Tanaka Juri. Hujan yang penuh kenangan, kesedihan, luka, dan bahagia. Hujan yang meyatukannya dengan cinta yang terlarang, hujan juga yang memisahkan takdir mereka.

Menikmati rintikan hujan dari balik cafetaria rumah sakit, lengkap dengan secangkir coklat panas. Tanaka Juri tau ia tak boleh terkurung dalam kenangan 4 tahun lalu, tapi dua bulan memang bukan waktu yang singkat untuk membuatnya jatuh cinta pada sosok yang tak pernah coba sedetikpun dilupakannya.

*********
"ohayou Kyomoto san, bagaimana tidurmu semalam? Sepertinya mimpi indah yaa" , sapa Yuya Tegoshi, dokter spesialis penyakit dalam yang menangani pasien di ruang 119

"Ohayo sensei, apa aku sudah dapat pendonor? Aku bosan disini", kyomoto Taiga pasien pengidap jantung lemah yang menunggu transfer jantung. Taiga beruntung karena sampai di umurnya ke 21 dia masih bisa hidup, hanya saja menunggu transfer jantung yang entah kapan bisa di dapatkannya.

"kau tidak sabaran sekali yaaa. Oh iya hari ini sensei mau kenalkan kamu dengan dokter praktek baru, kau satu satunya pasiennya, jadi jangan merepotkannya yaaa", Tegoshi sensei sambil mengelus rambut Taiga.

"Halo kyomoto san, aku Tanaka Juri mulai praktek di hari ini, aku akan banyak membantu Tegoshi sensei, jadi mohon bantuannya yaa"

"Oh", taiga ketus menjawab seperlunya.

"Ah kyomoto san .... "

"Panggil aku Taiga saja, aku tak suka nama keluargaku", belum selesai, kalimat Juri dipotong oleh Taiga

"Panggil aku Juri saja, jarak umur kita dekat, jadi agak lucu kalau kau memanggilku sensei", Juri mencoba mencairkan suasan namun Taiga masih saja acuh dengannya, seolah tak ingin ada dokter lain selain Yuya Tegoshi yang memeriksa kesehatannya. Bukan menjawab pertanyaan Juri, Taiga justru mengambil PSPnya dan mendiamkan Juri.

"Hmmm baiklah jika begitu. Aku akan meninggalkanmu dulu, panggil saja jika badanmu terasa sakit yaa"

Taiga hanya menjawab dengan isyarat alisnya. Juri keluar dari ruangan, meninggalkan Taiga kembali seorang diri. Taiga menatap Juri dari belakang, sungguh mengganggu, batinnya. Karena kedatangan dokter praktek baru ia jadi tak akan banyak bertemu Tegoshi  sensei.

*********

"Ohayo kyomochin~ apa kau sudah sehat? Gomen gomen aku baru sempat ke sini lagi hehehe" Jesse lewis, pria setengah Amerika datang menjenguk Taiga. Jesse adalah ketua klub fotografi dimana Taiga bergabung. Kedekatan mereka? Hmmm hanya mereka yang tau sudah sedekat dan sejauh apa, tapi Taiga juga tau kalo Jesse-nya ini bak bunga penuh madu yang siap dihinggapi berbagai macam kupu dan lebah.

"kemana aja kau Jess? Kau tak tau aku hampir mati bosan di sini?", sambil meletakkan buku yang dibaca dan membenarkan posisi duduknya, kini Taiga dan Jesse duduk berhadapan di tempat tidur Taiga.

sebuah kecupan mendarat di bibir Taiga dari Jesse, "Gomen gomen.... kau lupa seminggu ini ada lomba fotografi di kampus dan aku jadi jurinya?"

"Aaaaaaaa Jesse! Apa yang kau lakukaaan! Bagaimana jika dokter baru itu masuk? Errrrr" Taiga menutup bibirnya dengan tangan, wajahnya memerah, berharap tak ada yang melihat kejadian barusan.

"Kau tau aku sangat menyesal setelah kejadian itu dan aku tak bisa menghilangkan rasa bersalah ini padamu" Jesse dan Taiga sontak sama sama menunduk dan tak ada yg berani menatap untuk sesaat.

"Hey aku bawakan puding buah kesukaanmu nih", Jesse mengambil puding dengan kotak bertuliskan Hokku Tea Time di depannya.

"Waaaa puding buah Hokku Tea Time huaaaa... cepat berikan ke aku Jesse!"

"Aku akan menyuapimu ...aaaaaa". Suasana Jesse Taiga kembali mereda, keduanya masih asik makan bersama dan mengobrol panjang lebar seakan sudah tak bertemu satu abad.

"Hmm sudah malam, aku harus pulang dulu ya Taiga cantik, lekas dapat pendonor jantung, kau tau kami semua rinduuuuuu denganmu", Jesse berpamitan dan melepas jepit poni Taiga, mengacak acaknya.

"Sana cepat pulang! Aku bisa lebih cepat mati jika kau disini hush hush"

"Byee sweety" kecupan manis sekali lagi keluar dari bibir Jesse, tapi kali ini mendarat di jidat Taiga.

Jesse keluar dari ruangan Taiga, meninggalkan Taiga seorang diri lagi.

"Hallo Taiga kun, sepertinya kau habis dapat tamu yaa, temanmu yaa? "Juri masuk tuangan membawa stetoskop dan bersiapa melakuakn cek up rutin bagi Taiga.

"Bukan urusanmu", Taiga masih ketus pada dokter baru itu.

"Baik baik baik, ayo kita mulai cek upnya" Juri membuka baju Taiga, keindahan pada badan pria yang jarang ia temui. Kulit seputih salju, bersih, dan benar-benar terawat, sangat mirip dengan kulit wanita muda, sayang pasiennya ini adalah pria.

"Ah, jantungmu berdetak cepat sekali? Apa kau baik saja?"Juri masih dalam posisi menempelkan stetoskop di dada Taiga, diikuti dengan sentuhan tangannya ke badan Taiga. Aneh memang, Taiga merasakan sesuatu yang panas dari badannya.

"Berisik. Cepat selesaikan pemeriksaannya"

"Yosh sudah selesai, aku tulis sebentar. Bisa kita berbincang Taiga? Aku ingin lebih dekat dengan pasienku" Juri melemparkan senyum yang teramat manis pada pasiennya itu. Mencoba memalingkan wajahnya, Taiga justru kedapatan dirinya berubah ekspresi setelah disenyumi Juri. Dokter muda itupun justru tertawa melihat tingkah Taiga.

"Sudah keluar sana, aku sedang tak ingin ngobrol", masih tak mau memandang wajah dokternya, Taiga berusaha mengusir Juri agar lekas keluar.

"Haik haik haik....pemeriksaan hari ini selesai. Oyasumi taiga kun...." Juri keluar meninggalkan Taiga, jas dokter putih berlengan panjang itu berkibar tertiup angin dari luar pintu kamar, Taiga kini berani memandang sosok dokternya itu, dari belakang.

Juri merapikan barangnya, bermaksud pulang lebih awal, ada acara TV yang sedang ingin di tontonnya di apartemennya. Melewati ruang Taiga, ia mendengar suara aneh dan bayangan Taiga seolah dalam masalah.

"Taiga kun Taiga kun?" Mencoba mengambil stetoskop, tp lupa kalau ia tinggal di ruangan. Sontak Juri menekan tombol bantuan berharap Tagoshi sensei ada shif malam. Perawat masuk ke ruangan, disusul Tegoshi sensei di belakangnya.

"Tanaka san, ada apa?"tanya Tegoshi sensei panik

"Taiga…. aku sedang lewat tapi seperti mendengar suaranya, jadi aku masuk ruangan dan dia sudah dalam keadaan seperti ini. Tasukete sensei"

"Hei! Kau juga dokter Tanaka san, bagaimana kau bisa menyelamatkan nyawa pasienmu jika kau sendiri panik? Cepat persiapkan dirimu, kau harus membantuku memeriksanya". Tegoshi sensei mulai memeriksa keadaan Taiga, memberi pertolongan dengan semua kemampuannya. Ia tau kemungkinan taiga hidup jika mendapat donorpun hanya 30%, tapi ia tak ingin pasiennya mati sebelum mendapat donor jantung.
.
Taiga terbangun di tengah malam, sadar tangannya sudah dipasang infus dan Juri terlelap di sampingnya dengan posisi duduk. Mungkin sudah sejak tadi Juri menemaninya, tapi Taiga benar benar tak ingat apa yang terjadi dengan dirinya yang menyebabkan Juri ada disana. 
Taiga sekilas ingat ia pernah melihat sosok Juri ini, namun tak yakin dan tak benar benar ingat. Taiga kini bisa memandang wajah Juri cukup lama meski dalam keadaan tidur. tidak terlalu buruk untuk ukuran dokter, pikirnya. mungkin setelah ini ia akan perlahan tidak judes pada dokter yang katanya menjadi dokternya itu, meski itu berarti dia akan lebih banyak tidak bertemu Tegoshi sensei, pikir Taiga sambil mengusap kepala Juri. Tak ingin membangunkan Juri, Taiga membenarkan posisi tidurnya, sekali lagi mengusap kepala Juri sebelum ia melajutkan tidurnya. 
Sinar mentari pagi perlahan memasuki celah jendela, Juri tau semalam ada yang mengusap kepalanya, Juri sebenarnya terbangun ketika Taiga melakukannya. Tak ingin membuat Taiga kaget, ia buruburu bangun dan keluar meninggalkan ruangan. 
"Ohayo Taiga... bagaimana keadaanmu? apa sudah lebih baik?" Tegoshi sensei masuk untuk cek up pagi, diikuti Juri yang tidak tidur nyenyak, bahkan tidak jadi pulang hanya untuk menjaga Taiga semalaman. 
"Apa yang terjadi semalam sensei? kenapa tiba tiba infus terpasang di badanku?" Taiga memang benar masih bingung apa yang terjadi semalam, dan bagaimana Juri bias ada di kamarnya.
"Kau harus berterimakasih pada Tanaka sensei, kalau dia tidak tanggap kau pasti sudah tidak ada di sini lagi". Taiga tau karena semalaman Juri ada bersamanya, tapi ia tak tau kalau Juri yang menyelamatkannya. 
Senyuman kecil dikeluarkan bibir mungil Taiga, seolah keajaiban bagi Juri, ia membalas senyuman Taiga dengan malu. dadanya serasa ada yang bergetar. sesuatu yang dulu ia pernah rasakan saat pertama bertemu Taiga di ruangan yang sama. 
"baiklah.. pengecekan selesai, sebagai gantinya Tanaka sensei akan berjaga disini seharian. kalian harus akur yaaa... aku akan meninggalkan kalian berdua," Tegoshi sensei membereskan peralatannya dan meninggalkan Juri Taiga berdua. 
"Jadi, kau yang menyelamatkanku? terimakasih. maaf untuk selama ini aku acuh padamu", suara Taiga bergetar, ia tak berani menatap wajah Juri
"hahahaha apa yang kau katakan, sudah tugasku untuk menyelamatkan nyawa pasienku. jadi bagaimana sekarang?"
"apanya yang bagaimana?"
"sekarang kau akan mulai menganggap keberadaanku?" Juri sambil menarik kursi agar bisa duduk dekat dengan tempat tidur Taiga. 
"um.. panggil aku Taiga saja, Tanaka sensei", Taiga masih malu memanggil nama orang yang ada di dekatnya ini. Semoga Jesse tidak tiba tiba muncul, batinnya. 
"Hahahaha panggil Juri saja, sudah ku bilang padamu kan sebelumnya?"

Taiga dan Juri mulai mengakrabkan diri, saling mengobrol, cerita satu sama lain. Perlahan taiga membuka dirinya bagi dokter tampan itu, meski dari hati kecilnya dokter di depannya ini kurang pantas menjadi dokter, lebih pantas untuk menjadi pamain acrobat.

Hari berganti hari, kini Juri lah yang menggantikan Tegoshi sensei menjaga dan merawat Taiga. Kadang Juri sampai rela pulang lebih malam karena kawatir Taiga mengalami masalah malam hari. Juri juga selalu mengkonsultasikan masalah perkembangan Taiga ke Tegoshi sensei setiap hari, kawatir waktu Taiga lebih pendek dari seharusnya.

“Ah, kau suka foto ya Taiga?” Juri mengalihkan pandangannya pada kamera dan album foto di meja.

“Tentu saja, aku kan wakil ketua klub fotografi. Bahkan aku sering diminta untuk membantu membuat album profil klub lain”, Taiga membanggakan dirinya sendiri.

“kalau begitu buktikan padaku, jadikan aku modelmu hahahhaa ah, Taiga maaf aku hari ini ada janji jadi tidak bisa menemanimu sampai malam. Gomenne...”. Taiga sedikit sedih melihat Juri berpamitan lebih awal hari ini. Tidak biasanya, mungkin Juri ada janji dengan pacarnya apalagi ini hari sabtu, mengingat satu bulan lebih terakhir Juri terlalu banyak di rumah sakit dengannya.

Pintu kamar Taiga kembali terbuka, kali ini bukan Juri yang masuk. Senyuman lebar dan sebuah bouquet bunga masuk bersama membuat bibir Taiga tak berhenti tersenyum.

“Taigachaaaan... apa kau merindukanku?” Jesse menuju tempat Taiga, menaruh bunganya dan melayangkan sebuah kecupan manis di dahi Taiga, sambil memainkan rambut lurusnya.

“Jesse... ku kira kau sudah menemukan kumbangmu hahaha”, Taiga sontak menarik dan memeluk Tubuh Jesse. Rasa rindu seakan memuncak diantara keduanya, Jesse tak hentinya membelai rambut Taiga, duduk bersebelahan sambil saling membagi cerita.

“hmm Taiga, ada yang sebenarnya ingin ku ceritakan,” Jesse memperbaiki posisi duduknya, menghadap Taiga seolah hal serius akan mereka bahas. “Kau ingat pengajuan beasiswa lanjutan ke Italy waktu itu?”

“emm ... kau terpilih?”Taiga ikut membenarkan posisi duduknya


“gomenn aku harus meninggalkanmu sendiri 2 tahun ke depan” Jesse memeluk erat tubuh Taiga seakan tak ingin perpisahan ini terjadi.

*********

Bersambung~~

2 komentar:

  1. aaaaa.... akhirnya aku bisa komen disini XD
    aku ga ngerti sama hubungan jesse x taiga wkwk, udah kisu2 tapi ga resmi lol
    kenapa ya juri selalu jadi yang sedih2 u.u pukpuk ya jur

    BalasHapus
    Balasan
    1. kasian taiga yaa di gituin sama jess hahahaha XD

      Hapus