HUJAN DIMUSIM PANAS
Chara : Kyomoto Taiga, Tanaka Juri, Jesse Lewis
(sixTONES), Yuya Tegoshi (NEWS)
Yooosh nulis FF lagi >.<
yang kemaren ada yang req KyomoJur KyomoJess nih skalian aja hahaha >.<
Jadi ini di jalan pulang kantor, inget lagunya NEWS-Koi wo Shiranai Kimi e, eh dapet inspirasi hehe
gomen ceritanya amburadul antah banget nggak jelas huhuuu
apabila ada kesamaan dalam cerita author minta maaf karena ketidak sengajaan belaka, bukan bermaksud ikut ikutan >.<
gomen ceritanya amburadul antah banget nggak jelas huhuuu
apabila ada kesamaan dalam cerita author minta maaf karena ketidak sengajaan belaka, bukan bermaksud ikut ikutan >.<
comments commentss....
ariyasuuu . >.<
Hujan di musim panas, sama seperti saat itu bagi
seorang Tanaka Juri. Hujan yang penuh kenangan, kesedihan, luka, dan bahagia.
Hujan yang meyatukannya dengan cinta yang terlarang, hujan juga yang memisahkan
takdir mereka.
Menikmati rintikan hujan dari balik cafetaria
rumah sakit, lengkap dengan secangkir coklat panas. Tanaka Juri tau ia tak
boleh terkurung dalam kenangan 4 tahun lalu, tapi dua bulan memang bukan waktu
yang singkat untuk membuatnya jatuh cinta pada sosok yang tak pernah coba sedetikpun
dilupakannya.
*********
"ohayou Kyomoto san, bagaimana tidurmu
semalam? Sepertinya mimpi indah yaa" , sapa Yuya Tegoshi, dokter spesialis
penyakit dalam yang menangani pasien di ruang 119
"Ohayo sensei, apa aku sudah dapat
pendonor? Aku bosan disini", kyomoto Taiga pasien pengidap jantung lemah
yang menunggu transfer jantung. Taiga beruntung karena sampai di umurnya ke 21
dia masih bisa hidup, hanya saja menunggu transfer jantung yang entah kapan
bisa di dapatkannya.
"kau tidak sabaran sekali yaaa. Oh iya hari
ini sensei mau kenalkan kamu dengan dokter praktek baru, kau satu satunya
pasiennya, jadi jangan merepotkannya yaaa", Tegoshi sensei sambil mengelus
rambut Taiga.
"Halo kyomoto san, aku Tanaka Juri mulai
praktek di hari ini, aku akan banyak membantu Tegoshi sensei, jadi mohon
bantuannya yaa"
"Oh", taiga ketus menjawab seperlunya.
"Ah kyomoto san .... "
"Panggil aku Taiga saja, aku tak suka nama
keluargaku", belum selesai, kalimat Juri dipotong oleh Taiga
"Panggil aku Juri saja, jarak umur kita
dekat, jadi agak lucu kalau kau memanggilku sensei", Juri mencoba
mencairkan suasan namun Taiga masih saja acuh dengannya, seolah tak ingin ada
dokter lain selain Yuya Tegoshi yang memeriksa kesehatannya. Bukan menjawab
pertanyaan Juri, Taiga justru mengambil PSPnya dan mendiamkan Juri.
"Hmmm baiklah jika begitu. Aku akan
meninggalkanmu dulu, panggil saja jika badanmu terasa sakit yaa"
Taiga hanya menjawab dengan isyarat alisnya.
Juri keluar dari ruangan, meninggalkan Taiga kembali seorang diri. Taiga
menatap Juri dari belakang, sungguh mengganggu, batinnya. Karena kedatangan
dokter praktek baru ia jadi tak akan banyak bertemu Tegoshi sensei.
*********
"Ohayo kyomochin~ apa kau sudah sehat?
Gomen gomen aku baru sempat ke sini lagi hehehe" Jesse lewis, pria
setengah Amerika datang menjenguk Taiga. Jesse adalah ketua klub fotografi
dimana Taiga bergabung. Kedekatan mereka? Hmmm hanya mereka yang tau sudah
sedekat dan sejauh apa, tapi Taiga juga tau kalo Jesse-nya ini bak bunga penuh
madu yang siap dihinggapi berbagai macam kupu dan lebah.
"kemana aja kau Jess? Kau tak tau aku
hampir mati bosan di sini?", sambil meletakkan buku yang dibaca dan
membenarkan posisi duduknya, kini Taiga dan Jesse duduk berhadapan di tempat
tidur Taiga.
sebuah kecupan mendarat di bibir Taiga dari
Jesse, "Gomen gomen.... kau lupa seminggu ini ada lomba fotografi di
kampus dan aku jadi jurinya?"
"Aaaaaaaa Jesse! Apa yang kau lakukaaan!
Bagaimana jika dokter baru itu masuk? Errrrr" Taiga menutup bibirnya
dengan tangan, wajahnya memerah, berharap tak ada yang melihat kejadian
barusan.
"Kau tau aku sangat menyesal setelah
kejadian itu dan aku tak bisa menghilangkan rasa bersalah ini padamu"
Jesse dan Taiga sontak sama sama menunduk dan tak ada yg berani menatap untuk
sesaat.
"Hey aku bawakan puding buah kesukaanmu
nih", Jesse mengambil puding dengan kotak bertuliskan Hokku Tea Time di depannya.
"Waaaa puding buah Hokku Tea Time huaaaa... cepat berikan ke aku Jesse!"
"Aku akan menyuapimu ...aaaaaa".
Suasana Jesse Taiga kembali mereda, keduanya masih asik makan bersama dan
mengobrol panjang lebar seakan sudah tak bertemu satu abad.
"Hmm sudah malam, aku harus pulang dulu ya
Taiga cantik, lekas dapat pendonor jantung, kau tau kami semua rinduuuuuu
denganmu", Jesse berpamitan dan melepas jepit poni Taiga, mengacak
acaknya.
"Sana cepat pulang! Aku bisa lebih cepat
mati jika kau disini hush hush"
"Byee sweety" kecupan manis sekali
lagi keluar dari bibir Jesse, tapi kali ini mendarat di jidat Taiga.
Jesse keluar dari ruangan Taiga, meninggalkan
Taiga seorang diri lagi.
"Hallo Taiga kun, sepertinya kau habis
dapat tamu yaa, temanmu yaa? "Juri masuk tuangan membawa stetoskop dan
bersiapa melakuakn cek up rutin bagi Taiga.
"Bukan urusanmu", Taiga masih ketus
pada dokter baru itu.
"Baik baik baik, ayo kita mulai cek
upnya" Juri membuka baju Taiga, keindahan pada badan pria yang jarang ia
temui. Kulit seputih salju, bersih, dan benar-benar terawat, sangat mirip
dengan kulit wanita muda, sayang pasiennya ini adalah pria.
"Ah, jantungmu berdetak cepat sekali? Apa
kau baik saja?"Juri masih dalam posisi menempelkan stetoskop di dada
Taiga, diikuti dengan sentuhan tangannya ke badan Taiga. Aneh memang, Taiga
merasakan sesuatu yang panas dari badannya.
"Berisik. Cepat selesaikan
pemeriksaannya"
"Yosh sudah selesai, aku tulis sebentar.
Bisa kita berbincang Taiga? Aku ingin lebih dekat dengan pasienku" Juri
melemparkan senyum yang teramat manis pada pasiennya itu. Mencoba memalingkan
wajahnya, Taiga justru kedapatan dirinya berubah ekspresi setelah disenyumi Juri.
Dokter muda itupun justru tertawa melihat tingkah Taiga.
"Sudah keluar sana, aku sedang tak ingin
ngobrol", masih tak mau memandang wajah dokternya, Taiga berusaha mengusir
Juri agar lekas keluar.
"Haik haik haik....pemeriksaan hari ini
selesai. Oyasumi taiga kun...." Juri keluar meninggalkan Taiga, jas dokter
putih berlengan panjang itu berkibar tertiup angin dari luar pintu kamar, Taiga
kini berani memandang sosok dokternya itu, dari belakang.
Juri merapikan barangnya, bermaksud pulang lebih
awal, ada acara TV yang sedang ingin di tontonnya di apartemennya. Melewati
ruang Taiga, ia mendengar suara aneh dan bayangan Taiga seolah dalam masalah.
"Taiga kun Taiga kun?" Mencoba
mengambil stetoskop, tp lupa kalau ia tinggal di ruangan. Sontak Juri menekan tombol
bantuan berharap Tagoshi sensei ada shif malam. Perawat masuk ke ruangan,
disusul Tegoshi sensei di belakangnya.
"Tanaka san, ada apa?"tanya Tegoshi
sensei panik
"Taiga…. aku sedang lewat tapi seperti mendengar
suaranya, jadi aku masuk ruangan dan dia sudah dalam keadaan seperti ini.
Tasukete sensei"
"Hei! Kau juga dokter Tanaka san, bagaimana
kau bisa menyelamatkan nyawa pasienmu jika kau sendiri panik? Cepat persiapkan
dirimu, kau harus membantuku memeriksanya". Tegoshi sensei mulai memeriksa
keadaan Taiga, memberi pertolongan dengan semua kemampuannya. Ia tau
kemungkinan taiga hidup jika mendapat donorpun hanya 30%, tapi ia tak ingin
pasiennya mati sebelum mendapat donor jantung.
.
Taiga terbangun di tengah malam, sadar tangannya sudah dipasang
infus dan Juri terlelap di sampingnya dengan posisi duduk. Mungkin sudah sejak
tadi Juri menemaninya, tapi Taiga benar benar tak ingat apa yang terjadi dengan
dirinya yang menyebabkan Juri ada disana.
Taiga sekilas ingat ia pernah melihat sosok Juri ini, namun tak
yakin dan tak benar benar ingat. Taiga kini bisa memandang wajah Juri cukup
lama meski dalam keadaan tidur. tidak terlalu buruk untuk ukuran dokter,
pikirnya. mungkin setelah ini ia akan perlahan tidak judes pada dokter yang
katanya menjadi dokternya itu, meski itu berarti dia akan lebih banyak tidak
bertemu Tegoshi sensei, pikir Taiga sambil mengusap kepala Juri. Tak ingin
membangunkan Juri, Taiga membenarkan posisi tidurnya, sekali lagi mengusap kepala
Juri sebelum ia melajutkan tidurnya.
Sinar mentari pagi perlahan memasuki celah jendela, Juri tau
semalam ada yang mengusap kepalanya, Juri sebenarnya terbangun ketika Taiga
melakukannya. Tak ingin membuat Taiga kaget, ia buruburu bangun dan keluar
meninggalkan ruangan.
"Ohayo Taiga... bagaimana keadaanmu? apa sudah lebih
baik?" Tegoshi sensei masuk untuk cek up pagi, diikuti Juri yang tidak
tidur nyenyak, bahkan tidak jadi pulang hanya untuk menjaga Taiga semalaman.
"Apa yang terjadi semalam sensei? kenapa tiba tiba infus
terpasang di badanku?" Taiga memang benar masih bingung apa yang terjadi
semalam, dan bagaimana Juri bias ada di kamarnya.
"Kau harus berterimakasih pada Tanaka sensei, kalau dia
tidak tanggap kau pasti sudah tidak ada di sini lagi". Taiga tau karena
semalaman Juri ada bersamanya, tapi ia tak tau kalau Juri yang
menyelamatkannya.
Senyuman kecil dikeluarkan bibir mungil Taiga, seolah keajaiban
bagi Juri, ia membalas senyuman Taiga dengan malu. dadanya serasa ada yang
bergetar. sesuatu yang dulu ia pernah rasakan saat pertama bertemu Taiga di
ruangan yang sama.
"baiklah.. pengecekan selesai, sebagai gantinya Tanaka
sensei akan berjaga disini seharian. kalian harus akur yaaa... aku akan
meninggalkan kalian berdua," Tegoshi sensei membereskan peralatannya dan
meninggalkan Juri Taiga berdua.
"Jadi, kau yang menyelamatkanku? terimakasih. maaf untuk
selama ini aku acuh padamu", suara Taiga bergetar, ia tak berani menatap
wajah Juri
"hahahaha apa yang kau katakan, sudah tugasku untuk
menyelamatkan nyawa pasienku. jadi bagaimana sekarang?"
"apanya yang bagaimana?"
"sekarang kau akan mulai menganggap keberadaanku?"
Juri sambil menarik kursi agar bisa duduk dekat dengan tempat tidur Taiga.
"um.. panggil aku Taiga saja, Tanaka sensei", Taiga
masih malu memanggil nama orang yang ada di dekatnya ini. Semoga Jesse tidak
tiba tiba muncul, batinnya.
"Hahahaha
panggil Juri saja, sudah ku bilang padamu kan sebelumnya?"
Taiga
dan Juri mulai mengakrabkan diri, saling mengobrol, cerita satu sama lain.
Perlahan taiga membuka dirinya bagi dokter tampan itu, meski dari hati kecilnya
dokter di depannya ini kurang pantas menjadi dokter, lebih pantas untuk menjadi
pamain acrobat.
Hari berganti hari, kini Juri lah yang menggantikan
Tegoshi sensei menjaga dan merawat Taiga. Kadang Juri sampai rela pulang lebih
malam karena kawatir Taiga mengalami masalah malam hari. Juri juga selalu
mengkonsultasikan masalah perkembangan Taiga ke Tegoshi sensei setiap hari,
kawatir waktu Taiga lebih pendek dari seharusnya.
“Ah, kau suka foto ya Taiga?” Juri mengalihkan
pandangannya pada kamera dan album foto di meja.
“Tentu saja, aku kan wakil ketua klub fotografi. Bahkan aku
sering diminta untuk membantu membuat album profil klub lain”, Taiga
membanggakan dirinya sendiri.
“kalau begitu buktikan padaku, jadikan aku modelmu
hahahhaa ah, Taiga maaf aku hari ini ada janji jadi tidak bisa menemanimu
sampai malam. Gomenne...”. Taiga sedikit sedih melihat Juri berpamitan lebih
awal hari ini. Tidak biasanya, mungkin Juri ada janji dengan pacarnya apalagi
ini hari sabtu, mengingat satu bulan lebih terakhir Juri terlalu banyak di rumah
sakit dengannya.
Pintu kamar Taiga kembali terbuka, kali ini bukan Juri
yang masuk. Senyuman lebar dan sebuah bouquet bunga masuk bersama membuat bibir
Taiga tak berhenti tersenyum.
“Taigachaaaan... apa kau merindukanku?” Jesse menuju
tempat Taiga, menaruh bunganya dan melayangkan sebuah kecupan manis di dahi
Taiga, sambil memainkan rambut lurusnya.
“Jesse... ku kira kau sudah menemukan kumbangmu hahaha”,
Taiga sontak menarik dan memeluk Tubuh Jesse. Rasa rindu seakan memuncak
diantara keduanya, Jesse tak hentinya membelai rambut Taiga, duduk bersebelahan
sambil saling membagi cerita.
“hmm Taiga, ada yang sebenarnya ingin ku ceritakan,”
Jesse memperbaiki posisi duduknya, menghadap Taiga seolah hal serius akan
mereka bahas. “Kau ingat pengajuan beasiswa lanjutan ke Italy waktu itu?”
“emm ... kau terpilih?”Taiga ikut membenarkan posisi
duduknya
“gomenn aku harus meninggalkanmu sendiri 2 tahun ke depan”
Jesse memeluk erat tubuh Taiga seakan tak ingin perpisahan ini terjadi.
*********
Bersambung~~
aaaaa.... akhirnya aku bisa komen disini XD
BalasHapusaku ga ngerti sama hubungan jesse x taiga wkwk, udah kisu2 tapi ga resmi lol
kenapa ya juri selalu jadi yang sedih2 u.u pukpuk ya jur
kasian taiga yaa di gituin sama jess hahahaha XD
Hapus